Taliban Disebut Bunuh Ratusan Mantan Polisi Afghanistan



Jakarta, Indonesia —

Taliban disebut membunuh setidaknya 100 mantan polisi dan mantan intelijen Afghanistan era pemerintahan sebelumnya. Human Rights Watch (HRW) menyampaikan Taliban masih melanjutkan pembalasan terhadap mantan angkatan bersenjata dan pemerintah meski sempat menjanjikan pengampunan.

Laporan HRW mengatakan Taliban melacak mantan anggota pekerja pemerintahan sebelumnya lewat dokumen pegawai pemerintahan. Taliban bahkan menargetkan pekerja yang menyerah dan menerima surat penjamin keselamatan mereka.

Dalam beberapa kasus, komandan lokal Taliban membuat daftar buronan karena orang-orang itu melakukan tindakan yang mereka nilai tak dapat dimaafkan.

“Pola pembunuhan menebar teror di seluruh Afghanistan, karena tidak seorang pun yang terkait dengan pemerintah sebelumnya dapat merasa aman, bahwa mereka berhasil lolos dari ancaman pembalasan,” kata HRW dalam laporan tersebut, dikutip dari Associated Press.

“Beban ada pada Taliban untuk mencegah pembunuhan lebih lanjut, meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab, dan memberi kompensasi kepada keluarga korban,” kata Direktur Asosiasi HRW di Asia, Patricia Gossman.

Menurut dokumen HRW, Taliban membunuh atau menghilangkan secara paksa 47 mantan angkatan bersenjata di empat provinsi sejak 15 Agustus hingga 31 Oktober. Riset ini juga mengindikasi setidaknya 53 kasus pembunuhan atau penghilangan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan lewat wawancara dengan saksi, kerabat, dan mantan pekerja pemerintah sebelumnya. Riset ini berfokus pada kejadian di provinsi Ghazni, Kandahar, Kunduz, dan Helmand.

“Namun kasus yang terjadi mencerminkan pola yang lebih luas terkait kekerasan ini,” di berbagai provinsi lainnya, kata laporan itu.

Laporan ini menyebutkan Taliban menggerebek rumah warga untuk menangkap mantan pekerja keamanan pemerintah sebelumnya. Taliban juga mengancam dan menyiksa kerabat mantan pekerja tadi untuk mendapatkan informasi.

Dalam beberapa kasus, mayat orang-orang yang ditangkap tadi ditemukan terlantar di jalan.

Kejahatan ini menimpa mantan pejuang Direktorat Keamanan Nasional (NSD) Afghanistan, Abdul Qadir. Ia bersembunyi di wilayah Kunduz kala kekuasaan pemerintahan sebelumnya jatuh. Pada 25 Agustus, ia disetop di pos penjagaan pasukan Taliban. Ia mengaku merupakan mantan anggota NSD dan kemudian ditangkap.

Setelah itu, jenazah Qadir ditemukan di sungai tiga hari setelah penangkapan.

Di provinsi Chazni, mantan komandan polisi lokal bernama Saadat menghilang kala pergi ke pasar pada pertengahan Oktober. Warga kemudian membawa mayatnya pulang ke rumah, menjelaskan kepada kerabat Saadat bahwa ia dibunuh di jalanan oleh orang-orang yang mereka percaya merupakan anggota Taliban.

Pada awal berkuasa, Taliban mendeklarasikan pengampunan terhadap mantan pekerja pemerintah Afghanistan sebelumnya.

“Amnesti umum dideklarasikan untuk semua, jadi kalian dapat melanjutkan rutinitas kalian dengan tenang,” demikian pernyataan Taliban.

Namun, sepertinya deklarasi ini hanya omongan belaka. Taliban dilaporkan membunuh atau menghilangkan secara paksa mantan anggota polisi dan angkatan bersenjata kala pemerintahan Afghanistan sebelumnya.

Beberapa mantan tentara dan intelijen Afghanistan juga sempat dilaporkan masuk ke ISIS. Mereka memilih masuk ISIS karena takut diburu Taliban.

(pwn/bac)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *