Gerhana Matahari 4 Desember Tak Berdampak ke Indonesia



Jakarta, Indonesia —

Dosen Sekolah Tinggi Meteorologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Deni Septiadi menyebut Gerhana Matahari di wilayah Antarktika pada 4 Desember 2021 tidak berpengaruh signifikan ke Indonesia.

“Secara fisis fenomena gerhana matahari memang tidak terlalu berpengaruh ekstrem terhadap kondisi cuaca di Benua Maritim Indonesia,” kata Deni kepada Indonesia.com, Rabu (1/12).

Kendati demikian, Deni mengatakan terjadinya gerhana dipastikan bakal membuat perubahan dalam penerimaan dan pemantulan cahaya atau albedo. Hal ini membuat cahaya sedikit meredup secara merata di beberapa negara.

“Jelas suhu udara pun akan lebih terasa dingin sesaat. Begitu pun kelembapan udara sedikit meningkat. Yang utama paling terasa adalah pasang surut gelombang laut akibat gerhana yang memang bertepatan saat purnama,” lanjutnya.

Menurut Deni, kondisi cuaca yang terjadi di Indonesia saat ini lebih disebabkan akibat berbagai fenomena global, baik itu yang bersifat regional maupun lokal, seperti La Nina, MJO, IOD, suhu muka laut hingga pengaruh topografi lokal ataupun akibat adanya siklon tropis, meso convective systems (MCSs) dan lain-lain.

Pekan pertama Desember 2021 disebut bakal dihiasi sederet fenomena antariksa yang terjadi. Di antaranya fenomena gerhana Matahari 4 Desember 2021.

Gerhana Matahari adalah peristiwa alam yang terjadi ketika Bulan bergerak dalam orbitnya, antara Bumi dan Matahari (yang dikenal dengan okultasi). Gerhana ini terjadi di Bulan baru, ketika Matahari dan Bulan berada dalam konjungsi satu sama lain.

Selama fenomena gerhana terjadi, nantinya bayangan Bulan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu umbra gelap dan penumbra gelap bergerak melintasi permukaan Bumi.

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan fenomena ini terjadi di Antartika pada Sabtu (4/12).

Gerhana Matahari Total kali ini merupakan gerhana ke-13 dari 70 gerhana dalam Seri Saros ke-152. Gerhana Matahari Total di Antartika dalam Seri Saros 152 sebelumnya pernah terjadi pada 23 November 2003 dan akan terjadi kembali pada 15 Desember 2039 dan 26 Desember 2057.

“Fenomena gerhana Matahari terjadi sejak pukul 07.03-08.04 Universal Time, di wilayah Antartika yang terkena umbra Bulan. Wilayah tersebut akan mengalami gerhana Matahari Total dengan durasi total antara 90-116 detik,” ujar Andi seperti dikutip situs resmi Lapan.

Lebar umbra Bulan di permukaan Bumi bervariasi antara 421-450 kilometer.

Fenomena penumbra Bulan

Sementara wilayah yang terkena penumbra Bulan seperti Republik Afrika Selatan, Namibia, Australia bagian selatan (Victoria, sebagian New South Wales, Teritori Ibukota Australia dan Tasmania, akan mengalami Gerhana Matahari Sebagian dengan lebar gerhana kurang dari 10 persen diameter Matahari.

Sedangkan di Kepulauan Malvinas dan Tierra del Fuego akan mengalami Gerhana Matahari Sebagian dengan lebar gerhana antara 10-40 persen diameter Matahari.

Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan mengalami Gerhana Matahari Sebagian dengan lebar gerhana antara 93-97 persen diameter Matahari.

(TTF/mik)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *