Ahli ITB Ungkap Proses Petir Sambar Satpam hingga Roboh di Cilincing
Pakar Elektro dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Syarif Hidayat menanggapi insiden satpam disambar petir di Cilincing. Ia menyebut sambaran bukan karena frekuensi radio dari Handy Talky (HT).
Pakar sekaligus dosen di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STIE) ITB itu mengatakan selama ini belum ada bukti frekuensi radio memicu sambaran petir.
“Sejauh penelitian yang dilakukan sejak tahun 90an, tidak terbukti frekuensi radio memicu petir. Bahkan yang lebih kuat dari itu misalnya dulu Airterminal yang mengandung unsur radio aktif yang dimungkinkan hasilkan elektron itu ternyata tidak terbukti [memicu sambaran petir],” ujar Syarif kepada Indonesia.com lewat sambungan telepon, Senin (27/12).
Ia menjelaskan bahwa sifat petir memiliki aktivitas yang dimulai dari awan. Di awan tersebut ada beberapa muatan, kebanyakan muatan negatif yang dekat permukaan Bumi.
Selanjutnya, muatan tersebut dibagi beberapa bagian, sebagian bermuatan besar dan kecil. Kemudian muatan tersebut meluncur ke Bumi berbentuk acak atau zig-zag.
Ketika petir sudah dekat dengan permukaan bumi, kata Syarif, ada objek yang bersifat sebagai penyambut.
“Karena dari atas datang muatan negatif tentu dari bumi menyambut dengan muatan positif,” tuturnya.
Semua objek Bumi yang berbentuk lancip disebut Syarif menjadi penyambut petir. Baik itu puncak pohon, puncak bangunan hingga permukaan rumput.
Namun sambaran petir yang mendarat di objek Bumi dijelaskannya ada bermacam-macam, ada petir besar dan petir kecil. Ia menduga petir yang menyambar satpam tersebut merupakan petir kecil.
“Dilihat dari visualnya petir itu sangat kecil. Saya harus mengatakan petir besar sudah pasti kamera itu putih karena kilatan full se-layar,” tuturnya.
Dia menjelaskan petir kecil memiliki sifat yang menyambar objek yang tidak terlalu tinggi dari permukaan Bumi. Maka petir yang kecil disebut menyambar objek, walaupun di dekatnya ada bangunan yang tinggi.
“Jadi petir kecil itu lebih lincah karena langkahnya kecil-kecil,” tutur Syarif.
Dia mengatakan sambaran petir kecil mungkin menyambar objek yang lebih rendah daripada objek yang lebih tinggi. Ia mengatakan di dunia ketenagalistrikan, fenomena itu disebut kegagalan perlindungan dengan objek yang lebih tinggi atau sending failure.
“Orang itu yang lebih menonjol dari dataran yang relatif jauh dari objek yang tinggi,” tuturnya.
Di samping itu Syarif menyarankan masyarakat jika merasa ada aktivitas petir di sekeliling, sebaiknya masuk ke dalam gedung, masuk ke dalam struktur yang mengandung logam seperti ke dalam mobil, atau masuk ke dalam wahana apa saja yang bisa melindungi dari petir.
Ia tak menyarankan untuk berdiri di luar wilayah wahana. Namun apabila tidak bisa masuk, maka disarankan mendekatkan ke wahana kurang dari dua meter dari jarak.
“Kalau kurang dari 2 meter punya risiko. Yang disambar petir adalah objek yang tingginya,” tutup Syarif.
(can/mik)