Ahli Kritik Vaksinasi Menurun di Tengah Ancaman Gelombang 3 Covid
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengkritik pemerintah yang dinilai kurang maksimal dalam melakukan programĀ vaksinasi virus corona (Covid-19). Capaian vaksinasi diketahui menurun secara berturut-turut dalam 3-4 pekan terakhir.
Dicky lantas mempertanyakan klaim kesiapan pemerintah dalam menghadapi potensi akan ancaman gelombang tiga Covid-19 yang diprediksi sejumlah ahli kesehatan terjadi di akhir atau awal tahun lantaran aktivitas semasa Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru).
“Ini harus segera diupayakan ya, ditingkatkan, diakselerasi vaksinasi ini. Karena tampaknya untuk Indonesia harus dipahami begini, kemarin itu berhasil karena vaksinasi banyak dilakukan di Jawa-Bali, dan dua pulau itu mobilitas memang terbesar,” kata Dicky saat dihubungi Indonesia.com, Kamis (25/11).
Dicky kemudian mendorong agar pemerintah memaksimalkan vaksinasi di daerah-daerah khususnya daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T). Menurutnya logistik bukanlah sebuah alasan lagi ketika program vaksinasi sudah hampir dilaksanakan selama setahun.
Dicky juga meminta Kemenkes untuk mulai membenahi manajemen logistik vaksinasi covid-19 dengan mulai memberikan kewenangan luas pada pemerintah provinsi. Hal itu ia katakan lantaran menurutnya tak sedikit kepala daerah yang mengeluhkan alokasi vaksin covid-19 yang kadang tidak sesuai kebutuhan.
Dicky kemudian menyarankan, apabila vaksin covid-19 tiba di Indonesia, maka Kemenkes harus segera mengirim ke masing-masing provinsi. Kepala daerah kemudian menghitung sasaran vaksinasi setiap kabupaten/kota dan mengirim vaksin sesuai kebutuhan mereka.
Apabila kabupaten/kota mampu melakukan vaksinasi dengan cepat, maka pemerintah provinsi dapat memberikan tambahan vaksin covid-19 secara cepat, dan juga sebaliknya. Dengan kondisi itu, Dicky juga menilai ada poin plus bahwa potensi jumlah vaksin yang kedaluwarsa mampu diminimalkan.
“Jadi kalau bisa vaksin covid-19 langsung dikirim ke provinsi-provinsi perwakilan, jadi ada hub begitu. Yang wilayah Kalimantan, Sulawesi, bisa di-drop di Sumatera misalnya,” kata dia.
Lebih lanjut, Dicky mewanti-wanti kondisi pandemi virus corona di Indonesia berpotensi memasuki fase rawan pada Maret 2022. Ia menyebut, apabila belajar dari pengalaman, lonjakan kasus covid-19 di Indonesia terjadi setelah 3-4 bulan pascalonjakan covid-19 di Eropa.
Dicky sekaligus menegaskan bahwa pandemi Covid-19 sangat bersifat fluktuatif, sehingga penurunan kasus yang cukup signifikan di Indonesia dalam 4 bulan terakhir ini bukan berarti menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia sudah masuk fase aman menuju selesai.
Dicky lantas menilai, kombinasi strategi testing, tracing, treatment (3T). Kemudian kepatuhan masyarakat dalam memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5M), serta program vaksinasi nasional dapat menolong Indonesia selamat apabila lonjakan Covid-19 tetap terjadi.
“Vaksinasi yang harus dicapai 90 persen saat ini, karena 80-85 persen masih bisa terjadi gejolak, dan itu tidak hanya di Eropa tapi juga Singapura,” ujar Dicky.
Jumlah capaian program vaksinasi di Indonesia terpantau kembali mengalami penurunan dalam sepekan terakhir. Tercatat, selama periode 18-24 November jumlah dosis yang digunakan untuk vaksinasi dosis satu dan dua tak sampai menyentuh 10 juta dosis.
Pun pada 18 November, jumlah capaian vaksinasi hanya 123.816 orang dalam sehari. Sehingga jumlah itu tercatat menjadi capaian vaksinasi harian terendah sepanjang November. Temuan itu diketahui berdasarkan data yang dihimpun dari laporan harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Terpantau, hampir genap sebulan Indonesia mengalami penurunan capaian vaksinasi secara berturut-turut. Mulanya pada periode 21-27 Oktober capaian vaksinasi tembus 11.196.584 dosis. Kemudian terjadi peningkatan pada 28 Oktober-3 November dengan 12.188.801 dosis dalam sepekan.
Selanjutnya penurunan capaian vaksinasi mulai terjadi secara konsisten, yakni pada 4-10 November berkurang menjadi 10.484.462 dosis. Dilanjutkan penurunan pada 11-17 November dengan 9.996.688 dosis, kemudian pada sepekan terakhir atau 18-24 November kembali turun menjadi 9.009.741 dosis.
Apabila dirata-rata sesuai capaian vaksinasi sepekan terakhir, maka rata-rata sehari setidaknya 1,2 juta dosis. Padahal pemerintah telah menargetkan vaksinasi pada November ini 2 juta dosis dalam sehari.
(khr/ain)