Ahli Ragu Sambaran Petir Penyebab Kebakaran Kilang Minyak Pertamina
Pakar dari Sekolah Tinggi Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Deni Septiadi, meragukan penyebab kebakaran kilang minyak Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah pada Sabtu (13/11) karena sambaran petir.
Ia mengatakan berdasarkan karakteristik sambaran petir awan ke tanah atau Cloud to Ground (CG), tak memungkinkan menyambar langsung pada tangki minyak Pertamina pada malam hari.
“Sangat sulit sekali jenis petir CG dapat menyambar langsung pada tangki minyak Pertamina pada malam hari, apalagi tanpa analisis kuat arus atau menyaksikan secara visual,” ujar Deni kepada Indonesia.com lewat pesan teks, Selasa (16/11).
Ia menjelaskan petir CG mampu memanaskan hingga 10 ribu derajat celcius dengan gelombang kejut setara tiga magnitudo gempa. Namun objek-objek vital seperti kilang minyak yang berbahan tangki metal semestinya tahan hantaman petir.
Deni mengatakan petir CG merupakan jenis paling kuat yang dapat menyambar ke pemukiman. Ia mengatakan jenis petir itu hanya membutuhkan jarak 5 kilometer (CG-) dan 10 kilometer (CG+) dari permukaan awan.
Untuk membangkitkan petir jenis CG, Deni menjelaskan dibutuhkan kondisi atmosfer yang sangat labil, umumnya terjadi setelah insolasi optimum antara pukul 13.00 sampai 17.00 WIB.
“Sementara pada malam hari ketika awan-awan mengalami fase disipasi [punah] meskipun curah hujan lebat tetap terjadi, dominasi petir CG sangat minim. Sebaliknya petir-petir jenis IC dan CC lebih sering kita dengar gemuruh atau lihat kilatannya,” tutur Deni.
Sehingga dia dapat disimpulkan bahwa analisis kebakaran kilang minyak Pertamina yang disebut karena sambaran petir masih diragukan.
“Iya [meragukan],” tegasnya.
Ia menambahkan tangki kilang minyak itu tidak kosong, namun berisi bahan minyak jenis fluida. Maka panas sambaran itu akan menyebar ke seluruh bodi dan tidak mungkin membuat lubang.
Sebelumnya berdasarkan analisis data dari alat monitoring kelistrikan udara BMKG di Stasiun Geofisika Banjarnegara, pada 13 November 2021 pukul 18.00 sampai 19.30 WIB, terdeteksi dua kali sambaran petir pada pukul 18:47:27 WIB dan jam 19:23:32 WIB.
BMKG menyebut peristiwa sambaran petir terdekat dengan kilang minyak RU IV Cilacap adalah untuk kejadian sambaran dengan jarak kurang lebih 12 kilometer sebelah timur laut kilang minyak Cilacap.
Sementara untuk peristiwa sambaran petir kedua berada di Kecamatan Sidareja, dengan jarak kurang lebih 43 kilometer berat laut dari lokasi.
Deni menjelaskan BMKG menggunakan sensor petir ground based single station yang mendeteksi frekuensi rendah pada petir CG. Oleh karena itu efisiensi deteksi sudah diuji 75 persen pada radius 50 kilometer.
Namun demikian kelemahan single station kerap mengidentifikasi lokasi yang salah, akibat kuat lemahnya sinyal petir yang dideteksi menggunakan metode direction finding.
“Perlu dilakukan validasi Kembali bahkan untuk posisi petirnya,” tutur Deni
“Sekali lagi sensor hanya mendeteksi posisi luah listrik dari kilat petir, tidak bisa memastikan besar arus bahkan sambaran petir langsung kepada suatu objek,” sambungnya.
(can/fea)