Ahli Ragukan Klaim Luhut RI Aman Hadapi Covid-19 Nataru



Jakarta, Indonesia —

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mewanti-wanti bahwa Indonesia sama sekali belum aman dari ancaman lonjakan kasus virus corona (Covid-19). Terlebih potensi ancaman varian varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau varian Omicron yang memiliki tingkat kecepatan penularan lebih tinggi dan mampu menyebabkan reinfeksi.

Hal itu Dicky sampaikan sekaligus merespons Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang mengklaim Indonesia sudah lebih siap menghadapi musim libur akhir Natal dan tahun baru (Nataru), lantaran jumlah tes dan telusur lebih tinggi dari tahun lalu, serta capaian vaksinasi sudah cukup tinggi.

“Kita tidak bisa merasa cukup aman saat ini, kita Indonesia saat ini belum aman. Meskipun sero survei mengatakan warga bisa 80 persen sudah terinfeksi dan sudah punya antibodi, itu tidak dijamin. Karena dengan varian Omicron itu busa reinfeksi lagi,” kata Dicky kepada Indonesia.com, Rabu (8/12).

Dicky menambahkan, mayoritas kasus warga yang terinfeksi varian Omicron berasal dari mereka yang belum menerima vaksin Covid-19 dan juga lebih banyak menginfeksi usia muda, sehingga menurutnya varian ini cukup berbahaya.

Apalagi Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengklasifikasikan varian ini sebagai variant of concern (VoC) alias varian yang diwaspadai pada November lalu.

Ia juga menyebut, tingkat efektivitas vaksin terhadap varian ini kemungkinan hanya meminimalisir gejala klinis yang dialami sehingga tidak mengalami perburukan gejala atau bahkan kematian.

Sementara efektivitas vaksin untuk pencegahan terinfeksi dan meminimalisir penularan Covid-19 antarmanusia menurutnya masih belum dipastikan, dan masih perlu penelitian lebih mendalam lagi.

“Varian Omicron ini kasusnya lebih banyak terjadi pada orang yang belum divaksinasi, tapi usia muda. Nah, ini yang berbahaya namun ini memberi isyarat bahwa vaksin masih efektif,” kata dia.

Lebih lanjut, Dicky juga mewanti-wanti bahwa strategi surveilans pemerintah masih belum dilakukan secara maksimal, ia mengibaratkan jaring yang dimiliki pemerintah sangat kecil, sementara masih banyak kasus Covid-19 di luaran sana yang belum terdeteksi sehingga dikhawatirkan dapat melonjak tiba-tiba suatu hari nanti.

Dicky juga menilai bahwa kondisi pandemi Covid-19 di 2022 mendatang akan menjadi tahun yang sulit diprediksi. Ia menyebut, potensi munculnya gelombang akan sulit diprediksi secara presisi lantaran varian-varian baru memiliki kemampuan yang kadang tidak diduga-duga.

“Namun kita harus ingat, ancaman tahun 2022 itu ternyata tidak berkurang. Meskipun harapan semakin banyak dengan adanya vaksin, obat, dan juga sudah mengetahui strategi efektif tahu gini-gitu, tapi tetap jadi ancaman,” jelasnya.


Capaian Vaksinasi Covid-19 RI Belum Maksimal


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *