Ahli Sebut Delmicron Hoaks, Lahir dari Teori Asal-asalan
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyebut mutasi virus SarS-CoV-2 varian Delmicron merupakan hoaks yang lahir dari teori asal-asalan.
“Itu hoaks ya harus hati-hati, delmicron itu lahir dari konspirasi atau teori yang menghubungkan dan mengkaitkan antara Delta dan Omicron,” ujar Dicky lewat rekaman suara yang diterima Indonesia.com, Minggu (26/12).
Lebih lanjut ia mengatakan varian baru covid-19 bisa dipantau di GISAID, yang bisa dipantau lewat situs resminya.
Ia menyebut saat ini tidak ada perkawinan antara dua varian tersebut. Saat ini yang ada yaitu rekombinan di Brasil antara Gama dengan turunan atau subvarian dari Delta.
“Tapi itu masih diselidiki apa potensinya ke depan,” tutur Dicky.
Ia mengatakan jika membahas varian baru, biasanya penamaan varian hanya dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang penamaanya berpatokan pada huruf Yunani.
“Penamaanya berpatokan pada huruf Yunani dan di huruf Yunani engga ada Delmicron. Jadi itu benar hoaks dan tidak ada dasar rujukannya,” tandasnya.
Di samping itu, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama juga angkat bicara terkait diduga varian baru tersebut.
Tjandra mengatakan istilah Delmicron bermula dari keterangan Dr Shashank Joshi, salah seorang anggota SatGas Covid-19 dari negara bagian Maharashtra di India.
Ia menjelaskn otoritas berwenang di India termasuk Indian Council of Medical Research (ICMR) tidak pernah memberikan informasi tentang ada tidaknya Delmicron.
“Juga tidak ada pernyataan dari organisasi resmi apapun di India, pun tidak ada penjelasan dari pakar lain yang menyebutkan tentang Delmicron,” ujar Tjandra kepada Indonesia.com lewat pesan teks, Minggu (26/12).
Dia menyebut, Delmicron hanya pendapat seorang dokter yang kebetulan di wawancara media India, bukan dalam bentuk tulisan ilmiah.
Sejauh ini, Tjandra menyebut bahwa Delmicron bukanlah varian baru, tetapi hanya istilah spekulatif bahwa pasien diduga terpapar varian Delta dan Omicron, sehingga cepat menular dan keluhannya tidak ringan.
“Tetapi sekali lagi belum ada bukti ilmiah yang jelas tentang hal ini,” ungkapnya.
Sementara itu, ahli mikrobiologi sekaligus Staf Pengajar Biologi, Universitas Padjadjaran, Mia Miranti, menegaskan tak mungkin dalam satu waktu varian seperti Delta dan Omicron menginfeksi pasien bersamaan.
“Tidak mungkin dua-duanya dalam satu waktu menginfeksi objek yang sama. Mana yang duluan, dia yang akan menguasai objeknya,” ujar Mia kepada Indonesia.com lewat pesan teks, Minggu (26/12) siang.
Ia menjelaskan jika varian gabungan dari Delta dan Omicron diberi nama Delmicron hanya karena gejala penyakitnya mirip, bukan berarti virusnya mengalami mutasi.
“Kalau dilihat dari gejala penyakit, untuk varian omicron dan delta pasti mirip karena omicron sendiri sudah terbentuk dari gabungan 4 varian corona virus tersebut,” tuturnya.
(can/bac)