Ahli Ungkap Jumlah Suntikan Pengaruhi Efektivitas Vaksin di Komunitas
Di tengah penyebaran dan mutasi virus yang terus berkembang di dunia, vaksinasi Covid-19 menjadi semakin penting untuk membentengi diri dari risiko penularan.
Dokter Spesialis Patologi Klinik RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, virus corona pada dasarnya dapat terus bermutasi karena bersifat labil. Setiap kali membelah diri, ada risiko virus corona akan bermutasi.
Sebagian besar hasil mutasi virus itu tidak berkembang dan mati, sedangkan sebagian lainnya bermutasi namun tidak memberi dampak signifikan. Dari hasil mutasi tersebut, sebagian kecil mampu berkembang dan menjadi varian baru. Mutasi virus yang bertahan dan berkembang ini yang kemudian menjadi varian dengan kemampuan menginfeksi.
“Sifat-sifat dasarnya masih sama, tetapi ada perubahan, misalnya dalam hal daya infeksiusnya,” ujar Tonang, Jumat (17/12).
Dia mengatakan, efektivitas vaksin dalam mengurangi risiko sakit berat bila terinfeksi Covid-19 pada masyarakat akan dipengaruhi banyak hal, seperti banyaknya orang yang sudah memiliki antibodi di sekitarnya. Semakin banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi, maka vaksin akan semakin efektif.
“Maka efektivitas vaksin antar daerah bisa berbeda. Apalagi antar negara,” ujar Tonang.
Vaksin disebut bekerja pada tubuh dengan memicu antibodi yang spesifik mengikat antigen virus. Pada Covid-19, target utamanya adalah protein S, karena berada paling luar, paling menonjol, dan berfungsi membuka kunci masuk ke dalam sel manusia. Protein S itu dibentuk berdasarkan resep dari gen S yang terdiri dari rangkaian nukleotida panjang. Ada bagian dari gen S yang sudah jelas fungsinya membentuk protein S, tapi ada pula yang belum diketahui pasti.
Tonang menambahkan, mutasi virus baru bermakna bila mengubah protein S yang seharusnya dihasilkan. Seberapapun mutasinya, bila protein S yang dihasilkan tetap teridentifikasi, maka antibodi S masih dapat mengikatnya.
“Semakin banyak perubahannya, semakin sulit dibaca. Semakin banyak lagi mutasi, mungkin masih terbaca, tapi butuh waktu lebih lama. Jadi ada risiko terlewatkan,” katanya.
Menurut Tonang, masih diperlukan waktu untuk memastikan kemampuan vaksin menghadapi varian Omicron. Namun, dia menegaskan bahwa setiap orang yang memiliki antibodi dari vaksin tetap jauh lebih terlindungi, daripada yang tidak memiliki antibodi sama sekali atau yang belum vaksin.
“Yang paling penting saat ini adalah secepatnya dan sebanyak-banyaknya memberikan vaksinasi kepada masyarakat agar efektivitas vaksin dapat terus dijaga,” ujar Tonang.
(rea)