Akademisi RI Bantah Tudingan Singapura Soal Unggahan ISIS




Jakarta, Indonesia

Akademisi asal Indonesia, Muhammad Zulfikar Rakhmat, buka suara soal sempat diinterogasi dan diperiksa di Bandara Changi, Singapura, pada 2023 karena dinilai otoritas setempat memiliki riwayat mendukung ISIS.

Dalam pernyataan kepada Indonesia.com, Sabtu (17/5), ia mengatakan bahwa tudingan yang sampai disampaikan Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA) tersebut tidak benar.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya tegaskan: saya tidak pernah mendukung ISIS, dan saya juga tidak pernah membuat unggahan daring yang mendukung tindakannya. Sebaliknya, saya secara terbuka dan konsisten mengkritik kelompok tersebut atas kekerasan dan distorsi ajaran Islam yang dilakukannya,” katanya.

Zulfikar mengatakan ia sebagai seorang muslim dan peneliti memandang bahwa ISIS bukan hanya sebagai sumber penderitaan manusia yang sangat besar, tetapi juga sebagai kekuatan yang merusak prinsip-prinsip keadilan dan martabat yang menjadi inti dari iman dan pekerjaannya.

Ia menceritakan, ia menerbitkan artikel yang berisi kecaman terhadap ISIS pada 2014. Artikel itu ia tulis merespons pembunuhan Abdul Rahman Kassig, pekerja kemanusiaan asal Amerika Serikat yang disandera dan dibunuh oleh ISIS.

Dalam artikel berjudul ‘Pembunuhan Abdul Rahman Kassig: Siapa yang Diwakili ISIS?‘ itu, Zulfikar menulis ‘Apa yang disebut Khilafah ini tidak menghargai kehidupan manusia; tidak menghargai pekerja kemanusiaan, tidak menghargai jurnalis, dan, yang lebih penting, tidak menghargai Muslim… Mereka tidak mewakili Islam dalam tindakannya terhadap warga sipil.”

Artikel ini bersama dengan artikel lain yang pernah saya tulis tentang konflik Suriah, berfokus pada penderitaan warga sipil terutama anak-anak dan kebutuhan mendesak akan solusi damai,” katanya.

Ini bukanlah tulisan seseorang yang bersimpati terhadap terorisme; ini adalah refleksi seorang peneliti yang berkomitmen pada keadilan, akuntabilitas, dan hak asasi manusia,” sambungnya.

Zulfiklar juga mengatakan ia mengakui hak setiap negara untuk melindungi perbatasan mereka. Namun, harus dilakukan dengan adil dan akurat.

Ketika analisis atau advokasi politik yang kompleks disalahartikan sebagai aktivitas ekstremis, sambungnya, maka konsekuensinya sangat berat tidak hanya bagi individu yang menjadi sasaran, tetapi juga bagi integritas karya akademis dan jurnalistik secara keseluruhan.

“Yang lebih meresahkan adalah bagaimana tuduhan ini tampak seperti upaya terencana untuk mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya: semakin sempitnya ruang bagi suara-suara kritis di Singapura,” kata Zulfikar.

“Alih-alih terlibat secara konstruktif dengan masalah hak asasi manusia terutama yang terkait dengan Palestina dan Suriah, otoritas Singapura memilih untuk mendiskreditkan dan mengintimidasi,” katanya.

Ia menambahkan bahwa saat diinterogasi, pihak Singapura tak membahas soal ISIS.

“Waktu interogasi mereka enggak bahas ISIS. Makanya saya kaget,” katanya kepada Indonesia.com.

 

MHA mengatakan Zulfikar pada 2023 pernah dua kali diperiksa karena menarik perhatian keamanan Bandara Changi. Salah satunya karena Zulfikar pernah membuat unggahan daring yang dinilai mendukung tindakan ISIS.

Pada dua kesempatan saat 2023 tersebut, seperti diberitakan Channel News Asia pada Kamis (15/5), ia kemudian diizinkan masuk untuk menaiki penerbangan berangkat keesokan harinya.

“Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan, termasuk berhenti di pos pemeriksaan kami untuk pemeriksaan dan wawancara, atau bahkan menolak masuk ke Singapura, setiap orang asing yang kami nilai dapat menimbulkan ancaman keamanan bagi negara dan masyarakat kami,” kata MHA.

“Masuk ke Singapura adalah sebuah keistimewaan, bukan hak, dan orang asing tidak boleh berharap untuk diberikan izin masuk secara otomatis, atau diizinkan masuk tanpa pemeriksaan sebagaimana yang kami anggap perlu,” sambung MHA.

(fby/end)


[Gambas:Video ]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *