Akar Bahar dan Kayu Hitam, Buah Tangan Khas Natuna


Jakarta, Indonesia —

Sore itu, sejumlah pria muda tampak sibuk menghaluskan sebuah tongkat berwarna hitam di sebuah bengkel. Salah satunya adalah Imam Kanavi, seorang perajin cendera mata di Toko Sapu Reket, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

Bengkel tempatnya bekerja ini dikenal sebagai spesialis mengolah kerajinan dari akar bahar dan kayu hitam.

Sudah empat tahun ia mengolah akar bahar dan kayu hitam sebagai cendera mata khas Natuna. Imam tak bekerja sendiri, ada empat orang rekannya yang membuat berbagai kerajinan di bengkel tersebut.

Meski namanya menggambarkan sebagai bagian dari tumbuhan, tapi akar bahar sejatinya adalah sejenis hewan laut yang hidup di kedalaman 15 sampai 20 meter.

Hewan ini memiliki beberapa jenis dan tersebar di perairan Pulau Bunguran atau Natuna. Beberapa yang mudah didapatkan antara lain akar bahar lilit, akar bahar tali, dan akar sadi.

“Akar bahar ini banyak jenisnya, yang lain susah (didapat), akar bahar putih sama cemara susah didapatkan, jenis akar bahar langka,” kata Imam beberapa waktu lalu.

Beberapa jenis akar bahar tersebut diolah menjadi gelang, kalung tasbih, cincin, hingga pipa rokok. Harganya pun bervariasi, tergantung ukuran dan kerumitan dalam pembuatan.

Harga gelang sekitar Rp150 ribu sampai Rp200 ribu, tasbih dijual sekitar Rp300 ribu, cincin dengan ukiran Rp100 ribu, dan cincin polos Rp50 ribu.

Dalam sehari, Imam dan rekannya bisa membuat sekitar 7 sampai 10 gelang, 3 tasbih, dan beberapa cincin. Satu buah gelang mereka selesaikan dalam waktu tiga jam, sedangkan 1 tasbih bisa memakan waktu sekitar 6 jam.

Menurut Imam, kerajinan tangan ini banyak dicari pelancong yang datang ke Natuna. Tak sedikit pula, cendera mata itu dikirim ke beberapa kota jika ada pesanan, seperti Jakarta, Surabaya, hingga Papua.

Masyarakat juga bisa membeli hasil kerajinan akar bahar maupun tongkat komando lewat akun Instagram, @ky_arang. Imam menyebut tempatnya menjadi satu-satunya perajin akar bahar di Natuna.

“Untuk wisatawan banyak sekali yang beli gelang lilit, gelang butiran, tasbih. Wisatawan langsung datang ke sini, ke bengkel kami,” tuturnya.




Imam dan teman-temannya merupakan pengrajin akar bahar di bengkel Sapu Reget, Natuna.Imam dan teman-temannya merupakan perajin akar bahar di bengkel Sapu Reget, Natuna. ( Indonesia/Hamka Winovan)

Imam kemudian mengatakan bahwa dia mendapat akar bahar dari para penyelam. Untuk satu kilogramnya biasa dihargai sekitar Rp250 ribu sampai Rp300 ribu, tergantung kualitas. Akar bahar tersebut diambil dari perairan di daerah Kelarik dan Teluk Buton, Bunguran Utara dan ia beli setiap tiga bulan sekali.

“Saya rasa hampir di seluruh perairan Natuna ini banyak akar bahar. Akar bahar masih berlimpah di Natuna, masih mudah,” katanya.

Selain akar bahar, Imam juga membuat kerajinan dari kayu hitam. Kayu ini salah satu kayu khas Natuna. Kayu hitam bisa dijadikan gelang, tasbih. Namun, umumnya dibuat untuk tongkat komando.

“Kayu hitam bisa dijadikan gelang, tasbih, kebanyakan untuk tokat komando,” kata Imam.

Menurut Imam, mayoritas pesanan tongkat komando dari pejabat militer maupun polisi yang berdinas di Natuna. Harga satu tongkat komando sekitar Rp1 juta hingga Rp2 juta.

Tongkat ini penuh dengan ukiran dan bisa ditambah batu meteor. Pengerjaan satu tongkat komando bisa satu sampai dua minggu, tergantung kerumitan.

Untuk kalian yang sedang atau akan mengunjungi Natuna, cendera mata dari akar bahar dan kayu hitam ini bisa menjadi pilihan untuk oleh-oleh.

(fer)

[Gambas:Video ]







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *