Alasan Justin Bieber Jual Seluruh Musik Lawasnya Terkuak




Jakarta, Indonesia

Justin Bieber disebut di ambang kebangkrutan pada 2022 yang kemudian menjadi alasan dirinya menjual seluruh katalog musik lawasnya senilai US$200 juta pada awal 2023.

Kebangkrutan tersebut disebut karena dirinya terlilit utang lantaran harus ganti rugi imbas pembatalan Justice World Tour pada 2022 demi mengurus kesehatan mentalnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu dibahas dalam film dokumenter garapan TMZ yang bertajuk What Happened to Justin Bieber yang kini sudah dirilis di layanan streaming Hulu.

Menurut dokumenter tersebut, seperti diberitakan New York Post pada Jumat (16/5), kebangkrutan tersebut hanya bisa dihindari Bieber dengan menjual katalognya meski ia sebenarnya sudah menghasilkan US$500 juta hingga US$1 miliar sepanjang kariernya.




“Bieber harus menjual katalog musiknya karena ia bangkrut,” kata produser eksekutif TMZ, Harry Levin.

“Saya menelepon banyak orang, pihak Justin mengakui bahwa pada 2022, Justin hampir mengalami … kata-katanya adalah ‘keruntuhan finansial.’ Dan itulah sebabnya dia harus menjual katalognya.”

[Gambas:Video ]

Levin juga mengklaim bahwa ketika manajer Bieber saat itu, Scooter Braun, mendengar rencana tersebut, Braun meminta Bieber untuk menunggu hingga Januari 2023 untuk melakukan penjualan demi memperoleh keringanan pajak.

“Justin bilang, ‘Saya harus menjualnya sekarang.’ Dan dia menjualnya pada bulan Desember. Sebegitu bangkrutnya dia,” klaim Levin.

Menurut TMZ, Justin Bieber sebenarnya akan menghasilkan US$90 juta bila menyelesaikan tur dunianya saat itu. Namun itu gagal tercapai dan harus membayar ganti rugi karena membatalkan tur tersebut pada September 2022 dengan alasan memprioritaskan kesehatan.

Dokumenter TMZ ini senada dengan laporan Hollywood Reporter yang mengutip wawancara dengan Merck Mercuriadis, pendiri Hipgnosis yang membeli katalog Justin Bieber.

“Dengan adanya uang di depan mata, Anda bebas merencanakan sesuatu tanpa harus bergantung pada orang lain. Anda tidak harus melakukan tur atau membuat rekaman lain, jika memang tak mau melakukannya dalam beberapa tahun ke depan,” kata Mercuriadis kepada Hollywood Reporter.

“Bagi Justin, saya rasa itu motivasinya. Dia memiliki kesehatan yang buruk dan berada pada masa dalam hidup di mana ia sudah menikah, dan sangat mencintai juga memikirkan keluarganya,” kata Mercuriadis.

“Membuat kesepakatan itu memberinya kebebasan untuk fokus pada prioritas tersebut dan tak harus berada di lintasan yang sudah ia jalani selama hampir 15 tahun.”

Pada Januari 2023, Justin Bieber menjual seluruh hak cipta untuk seluruh katalog musik lawasnya kepada Hipgnosis Songs Capital yang mencapai US$200

Akuisisi dari Hipgnosis tersebut mencakup hak rilis, rekaman, hingga royalti dari katalog musik Justin Bieber yang dirilis sebelum 31 Desember 2021. Perusahaan itu kini memegang kendali 290 judul lagu milik Bieber, termasuk album terbarunya, bertajuk Justice, yang rilis pada 2021 silam.

Meskipun royalti untuk masternya dialihkan ke Hipgnosis, hak cipta rekaman masternya tetap berada di Universal Music Group, tempat Justin Bieber bernaung hingga kini.

Selain itu, disebut Variety, lagu di masa depan yang akan dihasilkan Bieber, termasuk hasil rekam ulang atau re-recording, tetap berada di Universal Music Group.

(end)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *