Analisis Ahli soal Kata ‘Pembohong’ di Medsos dalam Pidato Giring



Jakarta, Indonesia —

Pakar media sosial dari Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkap hasil analisa kata “pembohong” yang ucapkan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha dalam pidato pada 22 Desember 2021 yang akhirnya ramai di media sosial.

Giring diketahui di hadapan Presiden Joko Widodo sempat bilang Indonesia akan menjadi suram bila dipimpin seorang pembohong.

Kendati demikian, Giring tidak secara spesifik menyebutkan secara pasti siapa sosok yang dimaksud tersebut. Ia hanya mengatakan, sosok tersebut merupakan pejabat pemerintah yang pernah digeser posisinya dalam pemerintah Jokowi.

“Indonesia akan suram jika yang terpilih kelak adalah seorang pembohong dan juga pernah dipecat oleh Pak Jokowi karena tidak becus bekerja,” kata Giring saat itu.

Usai pidato itu belakangan banyak pihak yang menduga bila orang yang dimaksud Giring, Anies Baswedan.

Ismail dalam cuitannya bilang ada tren menarik setelah Giring menyampaikan pidato dengan kata pembohong tersebut. Dia menuturkan dua kata yang dianalisis yakni Jokowi pembohong dan Anies pembohong.

Menarik melihat pidato Giring, yang mengangkat istilah “pembohong” di depan presiden Jokowi. Meski tidak menyebut nama Anies. Saya ingin melihat istilah ini akhirnya lebih banyak muncul bersamaan (co-occurrence) dengan siapa?” tulis Ismail dalam cuitannya, dikutip Selasa (28/12).

Menurut Ismail usai Giring berpidato tersebut, istilah tersebut dengan mengaitkan Jokowi malah meningkat pesat.

Menurut Ismail apa yang disampaikan Giring dalam pidato Giring telah berhasil memunculkan lagi asosiasi istilah “pembohong” yang pernah dibangun kubu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat dan pasca Pemilihan Presiden 2019 terhadap Jokowi.

Sementara itu istilah pembohong pada Anies disebut Anies telah mengalami puncak setelah ada cuitan salah satu politikuspada 30 November.

Pidato Giring menjurus pada dua nama yaitu Jokowi dan Anies di media sosial.

Pada data yang dirilis Ismail dalam satu bulan terakhir, malah terlihat istilah Jokowi pembohong naik pesat dari Anies pembohong usai Giring pidato. Padahal sebelumnya Anies diketahui baru saja mendapat “serangan” pada akhir November itu.

Menurut Ismail pada datanya sejak 27 November hingga 26 Desember 2021, penyebutan soal Jokowi pembohong sebanyak 3.508 dan Anies pembohong hanya 1.741.

Bahkan kata Ismail kini banyak berseliweran berbagai meme mengenai janji Jokowi dan narasi dari pidato mantan vokalis Nidji itu.

Fahmi juga bilang dalam peta mesin pencarian 21-25 Desember tampak narasi terkait Jokowi paling tinggi. Terdapat dua klaster, Pro Jokowi dan Kontra.

Klaster kontra lebih besar. Akibatnya asosiasi negatif terhadap Jokowi jadi lebih besar,” kata Ismail.

Oleh sebab itu Ismail menyebut usai pidato Giring, Jokowi justru mendapat banyak sentimen negatif.

Most shared images dan peta SNA di atas saling memperkuat kecenderungan bahwa pidato Giring memberi efek sentimen negatif yang tinggi kepada Jokowi. Di sisi lain, Giring mendapat coverage berita dan mention yang tinggi,” ucap Ismail

Sementara bila yang dianalisa frasa “yang dipecat” sebagai bagian kata dari pidato Giring. Hasilnya berbeda.

“Kita hanya mendapat percakapan dari satu kubu. Reaksi atas pidato Giring tidak tampak. Seolah tidak ada kontra narasi, shg tidak sesuai keadaan,” ucap Ismail.

(ryh/mik)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *