Anies Ingin Ubah Pembangunan Transportasi, Prioritaskan Pejalan Kaki



Jakarta, Indonesia —

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bicara soal transportasi dalam unggahan terbaru di kanal Youtube pribadinya, Minggu (19/12) petang.

Ia menyatakan akan mengubah pendekatan dalam menangani persoalan mobilitas warga Jakarta. Selama ini pendekatan yang dilakukan mengutamakan kendaraan pribadi yang diikuti jalur sepeda, lalu terakhir adalah trotoar bagi pejalan kaki atau pedestrian.

Ke depan, Anies mengatakan akan memprioritaskan fasilitas pejalan kaki berada di urutan pertama, kendaraan bebas emisi nomor dua, transportasi umum nomor tiga, dan yang keempat kendaraan pribadi.

“Jadi urutannya diubah. Bila ini kita lakukan maka fasilitas yang disiapkan harus sesuai, itulah sebabnya kenapa kita di Jakarta membangun trotoar yang amat banyak, karena semua orang suka jalan kaki,” ujar mantan Mendikbud tersebut di akun Youtubenya yang dilihat Senin (20/12).

Anies mengakui inovasi transportasi umum di Jakarta bukan hal baru. Namun, moda transportasi itu terpisah-pisah. Karenanya, Anies membangun transportasi yang terintegrasi satu sama lain baik dari sisi rute, tiket, dan manajemennya.

“Problem utamanya adalah kendaraan umum itu berjalan sendiri-sendiri, tidak bekerja sebagai satu kesatuan. Kalau dia tidak terintegrasi maka bagi warga tidak memberikan insentif untuk pakai kendaraan umum,” jelasnya.

Anies pun menegaskan alasan dirinya ingin mengubah paradigma pembangunan transportasi di ibu kota RI tersebut. Ia menyatakan sejatinya alat transportasi yang dimiliki semua orang adalah kaki.

Mulanya, Anies mengaku sudah ke beberapa kali menanyakan kendaraan apa yang dimiliki setiap orang. Kata Anies, jawaban yang paling dia dapatkan adalah sepeda motor.

“Saya jawab, bukan sepeda motor, bukan sepeda, alat transportasi yang dimiliki hampir semua orang adalah kaki. Kaki kita itu adalah alat transportasi kita,” kata Anies.

Dalam video yang diunggah, Anies menyebut luas Jakarta sekitar 600 meter persegi dengan penduduk 11 juta jiwa. Jika ditambah daerah kawasan penyangga, kata Anies, setidaknya terdapat 34 jiwa yang melakukan mobilitas di Jakarta.

Anies mengatakan mobilitas penduduk sebanyak itu di kawasan yang kecil seperti Jakarta membutuhkan strategi yang menyeluruh. menurutnya, persoalan transportasi tidak bisa diserahkan ke setiap rumah tangga. Sebab, penduduk Jakarta dan penyangga akan memilih solusi yang paling masuk akal bagi diri mereka.

“Semua bisa beli motor, semua bisa beli mobil, volume atau panjang jalan tidak mencukupi nanti akan terjadi gridlock, bukan hanya macet. Gridlock itu artinya tidak bergerak,” tutur Anies.

(iam/kid)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *