AS Kecam Uji Coba Anti-Satelit Rusia: Sembrono
Amerika Serikat mengecam uji coba anti-satelit Rusia atau DA-ASAT, dengan menyebut tindakan itu sembrono, berbahaya dan tak bertanggung jawab.
Komando Luar Angkasa AS, James Dickinson, mengatakan uji rudal anti satelit yang dilakukan Rusia, menyerang satelit Moskow dan membuat bidang puing di orbit rendah Bumi, lebih dari 1.500 puing.
Jika dilacak lebih lanjut, kemungkinan puing itu menghasilkan ratusan ribu partikel kecil di orbit.
“Rusia menunjukkan sikap abainya yang disengaja terhadap keamanan, keselamatan, stabilitas dan keberlanjutan jangka pangan dari domain ruang angkasa untuk semua negara,” ujar Dickinson dikutip pada Selasa (16/11).
Puing-puing dari DA-ASAT Rusia, katanya, akan terus menjadi ancaman bagi aktivitas luar angkasa selama bertahun-tahun mendatang.
“(Rusia) menempatkan satelit dan misi luar angkasa dalam bahaya, serta memaksa lebih banyak manuver menghindari tabrakan,” tutur Dickinson.
“Aktivitas luar angkasa mendukung cara hidup dan kehidupan kita, perilaku semacam ini benar-benar tak bertanggung jawab.”
Para pejabat AS menekankan bahaya jangka panjang dan potensi kejatuhan ekonomi global dari uji coba negara pimpinan Vladimir Putin itu.
Pasalnya satelit itu menyediakan layanan telepon, broadband, perkiraan cuaca, sistem GPS yang mendukung aspek sistem keuangan, mesin bank,radio satelit dan televisi.
Tak hanya komandan AS, administrator Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Bill Nelson, juga geram dengan uji coba anti satelit Rusia.
“(Saya) marah dengan tindakan yang tak bertanggung jawab dan tak stabil ini,” katanya.
Dalam sejarah panjang di sektor penerbangan antariksa manusia, tak pernah diduga bahwa Rusia akan membahayakan astronaut mitra AS dan kosmonaut mereka sendiri.
“Tindakan mereka sembrono dan berbahaya, mengancam stasiun luar angkasa China juga,” katanya.
Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken juga turut buka suara.
“Puing-puing yang dibuat dari uji coba dan tidak bertanggung jawab ini akan mengancam satelit dan objek luar angkasa lain yang vital bagi keamanan,ekonomi dan sains semua negara selama beberapa dekade mendatang,” ujarnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kemlu AS, Ned Price, mengatakan uji coba itu meningkatkan risiko bagi astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
“Klaim Rusia menentang senjata dan persenjataan ruang angkasa tidak jujur dan munafik,” tegasnya.
Price mengaku akan berkonsultasi dengan sekutu dan mitra merespons hal tersebut.
“Saya tidak ingin mendahului langkah-langkah spesifik yang mungkin kami lakukan, yang mungkin dilakukan oleh mitra dan sekutu kami, tetapi kami akan terus memperjelas bahwa kami tidak akan mentolerir kegiatan semacam ini.”
Menurutnya, AS sudah berulang kali berbicara dengan pejabat senior Rusia memperingatkan soal bahaya uji coba semacam itu. Namun, ia tak menjelaskan lebih rinci apakah ada komunikasi diplomatik secara formal.
Juru bicara Pentagon, John Kirby, juga menyampaikan kekhawatirannya. Menurut dia, hal paling mendesak adalah puing-puing itu sendiri, yang sekarang mengambang di luar angkasa. Puing itu bisa berbahaya, termasuk ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
AS, lanjutnya, mengamati dengan cermat jenis kemampuan yang tampaknya ingin dikembangkan Rusia.
“(itu) dapat menimbulkan ancaman tidak hanya bagi kepentingan keamanan nasional kami, tetapi juga kepentingan keamanan negara-negara penjelajah ruang angkasa lain,” kata Kirby.
Ia menegaskan bahwa AS, ingin melihat norma di ruang angkasa, sehingga dapat digunakan secara bertanggung jawab oleh semua negara yang bepergian ke luar angkasa.
Insiden itu terjadi saat hubungan AS dan Rusia tegang. Para pejabat AS mengerahkan pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina dan bergabung dengan negara-negara Eropa dalam mengungkapkan keprihatinan tentang krisis migran di perbatasan dengan Belarus.
Sejauh ini, hanya segelintir uji coba senjata anti-satelit yang berhasil dilakukan AS, Rusia, China dan India.
(isa/bac)