Asal-usul dan Cara Lihat Hujan Meteor Geminid 14 Desember



Jakarta, Indonesia —

Salah satu fenomena antariksa di pertengahan Desember 2021 adalah puncak hujan meteor Geminid, yang muncul pada 14 Desember 2021.

Geminid sendiri merupakan hujan meteor dengan titik radian (titik kemunculan) di dekat bintang Alfa Gemiorum (Castor) konstelasi Gemini.

Hujan meteor Geminid bersumber dari sisa debu asteroid 3200 Phaeton yang mengorbit Matahari dengan periode 523 hari. Hujan meteor Geminid dapat disaksikan sejak pukul 20.30 WIB hingga keesokan harinya.

Hujan Meteor ini disebut LAPAN sebagai fenomena antariksa biasa dan aman, bukan hal yang membahayakan bagi manusia di bumi.

Di Indonesia, intensitas hujan meteornya berkisar di 86 meteor per jam (di Sabang) hingga 107 meteor per jam (di Pulau Rote).

Untuk melihatnya, tidak dibutuhkan alat bantu apapun. Seseorang hanya butuh mencari tempat lapang tanpa banyak halangan ke arah langit.

Pandangan juga harus jauh dari pencahayaan lain, termasuk layar ponsel. Biarkan mata menyesuaikan dengan tingkat cahaya alami.

Untuk melihat puncak hujan meteor Geminid, pastikan cuaca cerah dan bebas polusi udara. Dilansir dari Pusat Sains LAPAN, intensitas hujan meteor berbanding lurus dengan 100 persen persentase tutupan awan, dan berbanding terbalik dengan skala Bortle.

Skala Bortle sendiri adalah skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya. Semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.

Intensitas hujan meteor Geminid juga akan berkurang karena Bulan berada di dekat zenit saat titik radian terbit.

Kehadiran hujan meteor Geminid melengkapi fenomena antariksa lainnya di pekan kedua Desember 2021, salah satunya komet Leonard yang melintas Bumi 12 Desember lalu.

Selain itu ada juga puncak hujan meteor Chi-Orinoid dan hujan meteor Monocerotid yang puncaknya terjadi 9 dan 10 Desember lalu.

(tim/fjr)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *