Bagaimana Homo Sapiens jadi Spesies Manusia Terakhir yang Tersisa?
Setidaknya sembilan spesies manusia pernah hidup di Bumi pada 300 ribu tahun lalu. Namun, saat ini hanya tersisa Homo sapiens, cikal bakal manusia modern saat ini. Lalu, kemana spesies lainnya?
“Bukan suatu kebetulan bahwa beberapa dari mereka menghilang pada saat Homo sapiens mulai menyebar ke luar Afrika dan ke seluruh dunia,” kata Chris Stringer, kepala human origins di Natural History Museum, London.
“Apa yang tidak kita ketahui adalah apakah itu merupakan hubungan langsung,” ujar dia menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada banyak teori mengenai hilangnya spesies manusia selain Homo sapiens, serta bukti terbatas untuk menjelaskan secara pasti apa yang terjadi. Namun penelitian terbaru memberikan petunjuk baru.
Sejak 40 ribu tahun lalu, Homo sapiens adalah manusia terakhir yang tersisa dari kelompok hominin berkaki dua. Hipotesisnya beragam, seperti Homo sapiens punya tingkat kelangsungan hidup bayi yang lebih baik daripada hominin lain, atau perubahan iklim yang mendorong spesies lain ke ambang batas.
Ada juga pendapat yang menyebut Homo sapiens berperan lebih aktif, seperti memburu manusia lain atau kawin silang dengan mereka dan mengasimilasi genetika mereka.
Sebuah studi yang terbit di Nature tahun 2023 mengungkap gagasan Homo sapiens berasal dari satu tempat di Afrika melalui satu lompatan besar evolusi.
Melalui analisis genom dari 290 orang, para peneliti menunjukkan Homo sapiens merupakan keturunan dari setidaknya dua populasi yang hidup di Afrika selama 1 juta tahun, sebelum akhirnya menyatu lewat sejumlah interaksi.
Para ahli paleoantropologi terus memperdebatkan soal siapa nenek moyang terakhir Homo sapiens, tapi sejauh ini belum ada bukti yang meyakinkan. Selain itu, tidak ada satu pun bukti yang pasti mengenai asal-usul Homo sapiens.
Ketahanan sosial
Catatan fisik untuk sebagian besar spesies manusia purba sangat sedikit. Individu Homo naledi, misalnya, hanya ditemukan di satu situs di Afrika Selatan.
Beberapa spesies lain hanya diketahui oleh segelintir individu. Di Afrika, tempat pertama kali Homo sapiens muncul, ternyata hanya ada sedikit fosil Homo.
“Kami belum memiliki pemahaman yang sangat baik tentang hominin lain yang ada di lanskap Afrika bersama Homo sapiens,” kata Eleanor Scerri, kepala kelompok palaeosistem manusia di Institut Geoantropologi Max Planck di Jena, Jerman, mengutip The Guardian.
Namun, ada banyak sekali data tentang Neanderthal, termasuk genom lengkap yang diekstrak dari tulang. Kerabat dekat ini berkeliaran di Eurasia hingga sekitar 40 ribu tahun lalu, hidup dalam kelompok-kelompok kecil.
Dari genom Neanderthal dan Denisovan, para peneliti menyimpulkan mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan sering kawin silang. Beberapa perkiraan populasi, berdasarkan DNA mitokondria menunjukkan pada saat paling banyak, ada sekitar 52.000 Neanderthal di Eurasia sebelum mereka mulai menurun.
Ada juga yang menduga jumlah mereka mungkin antara 20 ribu hingga 50 ribu individu.
Sebagai perbandingan, Homo sapiens memiliki kelompok yang lebih besar dan keragaman genetik yang lebih besar. Konsekuensinya lebih dari sekadar ketahanan terhadap penyakit.
“Pada Homo sapiens, kami melihat jaringan sosial yang lebih besar yang membentang di lanskap yang lebih luas,” kata Stringer.
Ketahanan sosial ini dapat membantu Homo sapiens bertahan dari perubahan iklim yang dapat membunuh individu dan spesies yang kurang mampu beradaptasi.
Sebuah studi pada tahun 2022 di Nature memodelkan iklim dan ekosistem kuno tempat Homo erectus, Homo heidelbergensis, dan Neanderthal hidup dan menemukan bahwa mereka kehilangan sebagian besar ceruk lingkungan mereka sebelum menghilang.
|
Perkawinan silang di halaman berikutnya…