Banyak Orang Berspekulasi dan Panik



Jakarta, Indonesia —

Epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, banyak orang berspekulasi dan panik di tengah kemunculan virus corona varian Omicron. Hal ini disayangkan karena sebenarnya masih banyak yang belum diketahui mengenai varian ini.

“Omicron lebih banyak hebohnya, tetapi banyak belum tahu. Perubahan mutasi yang demikian banyak, banyak orang berspekulasi dan panik,” ujar Pandu kepada indonesia.com melalui pesan teks pada Senin (29/11).

Minimnya informasi mengenai varian Omicron ini menimbulkan banyak pertanyaan sehingga untuk menyimpulkan varian Omicron ini lebih berbahaya dari varian sebelumnya belum bisa dilakukan.

“Belum banyak data untuk menyimpulkan apakah virus lebih mudah menular, apakah lebih parah meningkatkan kematian [banyak dokter di Afsel melaporkan gejala ringan], apakah bisa menghindari antibodi [terlalu dini untuk diketahui pasti, tapi banyak terjadi pada orang yang belum divaksinasi],” kata Pandu.

Kemudian Pandu juga mengatakan varian Omicron bisa saja telah masuk ke Indonesia dan tidak terdeteksi.

“Kita tidak tahu kapan varian tersebut sudah beredar, mungkin saja sudah masuk [Indonesia] tapi tidak terdeteksi. Atau mungkin saja masuknya lebih lamban. Kita tidak tahu,” ujar Pandu.

Varian Omicron sendiri diketahui pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan pada 9 November.

Selain Afrika Selatan, Omicron juga terdeteksi di sejumlah negara seperti di Australia, Belgia, Botswana, Inggris, Denmark, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia, Belanda, Prancis, dan Kanada.

Saat ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan varian Omicron ke dalam daftar Variant of Concern (VOC).

VOC merupakan varian yang menjadi perhatian karena memiliki tingkat penularan tinggi, virulensi yang tinggi, dan menurunkan efektivitas diagnosis, terapi serta vaksin yang ada.

Kekhawatiran tentang tingkat bahaya dari varian ini ditambah temuan mengenai jumlah mutasi yang sangat banyak.

Varian Omicron atau B.1.1.529 disebut memiliki mutasi lebih dari 30 sel kunci spike protein.

Meski menimbulkan kepanikan di sejumlah negara, seorang dokter asal Afrika Selatan yang pertama kali mencurigai gejala Omicron menjelaskan sejauh ini gejala yang ada pada pasien dengan varian Omicron termasuk ringan dan dapat dirawat di rumah.

Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, mengatakan kepada Reuters, varian Omicron tidak seperti Delta. Sejauh ini pasien belum melaporkan kehilangan penciuman atau rasa dan tidak ada penurunan besar dalam kadar oksigen dengan varian baru.

(lnn/fea)

[Gambas:Video ]







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *