Beda Fungsi RSDC Wisma Atlet dan Tempat Karantina Lainnya
Satuan Tugas Covid-19 memaparkan perbedaan fungsi Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet dengan Rusun Pasar Rumput dan Rusun Nagrak sebagai tempat karantina mereka yang datang dari luar negeri.
Menurut Kabid Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting, RSDC Wisma Atlet hanya digunakan sebagai tempat isolasi untuk merawat pasien positif. Sedangkan, lokasi terdaftar lainnya diperuntukkan untuk karantina.
“Wisma Atlet adalah tempat mereka yang positif atau yang sakit dan sebagai isolasi. Karantina [di] Wisma Pademangan, Rusun Nagrak, Pasar Rumput, dan seterusnya,” ujar Ginting pada Indonesia.com, Rabu (22/12).
Dalam Surat Edaran No 25 Tahun 2021, karantina ditujukan untuk orang-orang yang melakukan mobilitas tinggi atau perjalanan beresiko seperti perjalanan dari luar negeri.
Lokasi karantina yang disediakan pemerintah secara gratis diperuntukkan bagi tiga kelompok warga negara Indonesia (WNI) yaitu Pekerja Migran Indonesia (PMI), pelajar yang telah menyelesaikan studi di luar negeri, dan ASN yang kembali dari perjalanan dinas ke luar negeri.
Selain ketiga kategori tersebut, pemerintah menyediakan daftar hotel yang harus diakses dengan biaya sendiri.
Surat edaran tersebut ditandatangani tanggal 14 Desember 2021, Juru bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengaku kebijakan baru dibuat dengan mempertimbangkan kasus Covid-19 global dan beberapa penyesuaian lainnya.
Menkes Belum Pikirkan Atur Larangan WNI ke Luar Negeri
Budi mengakui pemerintah belum memiliki rencana untuk menerapkan regulasi terkait larangan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tidak memiliki urgensi tertentu untuk bepergian ke luar negeri dalam masa-masa ‘teror’ varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau varian Omicron saat ini.
Budi juga menambahkan bahwa pemerintah tidak bisa menutup total akses pintu masuk Indonesia baik darat, laut, maupun udara, lantaran negara tidak boleh melarang WNI untuk kembali pulang ke Indonesia.
“Memang secara aturan kita belum berpikir sampai ke sana,” kata Budi saat ditemui wartawan di area Gedung TransMedia, Jakarta Selatan, Rabu (22/12) malam.
Untuk itu, Budi kembali mewanti-wanti seluruh masyarakat Indonesia agar mengurungkan niatnya untuk bepergian ke luar negeri apabila memang tidak ada urgensi atau tugas khusus. Hal itu khususnya ia sampaikan kepada sekitar 20-30 ribu orang Indonesia yang memiliki kemampuan untuk pergi liburan ke luar negeri.
“Jadi tolong dibatalkan saja deh, nanti keluar negerinya setelah Omicron,” ujar Budi.
Belum Ada Temuan Penularan dari Cek Tes Acak
Dalam kesempatan itu Budi pun menyatakan sejauh ini temuan penularan kasus varian Omicron di Indonesia saat ini secara keseluruhan berasal dari penularan dari perjalanan luar negeri atau imported case.
Kemenkes, kata dia, juga telah melakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode pencarian strain virus baru, Whole Genome Sequence (WGS), secara acak kepada sejumlah kasus Covid-19 di ratusan kabupaten/kota di Indonesia, namun masih nihil kasus varian Omicron.
“Kita WGS random kita lakukan ke seluruh kabupaten/kota ya terutama yang ada kenaikan Covid-19 tinggi. Dan sampai sekarang memang belum kita temukan adanya varian Omicron dari kabupaten/kota yang kita lakukan WGS itu,” kata Budi.
Budi memastikan pemeriksaan WGS akan dilakukan kepada seluruh kasus positif Covid-19 dari perjalanan luar negeri. Saat ini, pihaknya juga tengah mengupayakan untuk mendatangkan belasan mesin pemeriksaan WGS yang akan didistribusikan ke seluruh pulau Indonesia sehingga pencarian strain virus baru dapat maksimal.
Mantan wakil menteri BUMN itu lantas menjelaskan Kemenkes memiliki sejumlah kriteria bagi pemeriksaan WGS acak di daerah. Seperti kabupaten/kota yang memiliki kenaikan kasus Covid-19 tinggi, dan juga sejumlah warga yang terinfeksi Covid-19 padahal sudah mendapatkan dosis vaksinasi secara lengkap.
“Namun proporsi sekarang sudah lebih banyak pelaku perjalanan luar negeri ya, karena banyak sekali yang datang itu, dan semua yang positif kita WGS,” kata dia.
(cfd, khr/kid)