Beda Jurus Kim Jong-un dan Sang Ayah Atasi Krisis Pangan
Jakarta, Indonesia —
Krisis pangan di Korea Utara (Korut) yang telah berlangsung sejak kuartal dua 2021 dilaporkan semakin memburuk.
Krisis pangan yang semakin akut itu ditandai dengan harga sejumlah barang-barang kebutuhan pokok yang terus melambung.
Pada akhir Juni lalu, di Ibu Kota Pyongyang harga beberapa barang pokok dilaporkan meroket.
Dikutip , para ahli mengatakan harga beras dan bahan bakar relatif stabil tetapi bahan pokok impor seperti gula, minyak kedelai dan harga tepung merangkak naik.
Penduduk mengatakan harga kentang naik tiga kali lipat di pasar Tongil.
Warga juga mengungkapkan barang-barang non pokok seperti sebungkus kecil teh hitam dapat dijual dengan harga sekitar $70 atau atau sekitar Rp1 juta.
Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu dilaporkan terancam kehabisan bahan pangan pokok. Kim Jong un pun mengakui krisis pangan yang memburuk ini dikhawatirkan akan seburuk di era 1990-an ketika sang ayah, Kim Jong-il, masih menjadi pemimpin tertinggi di negara itu.
“Situasi pangan rakyat semakin sulit karena sektor agrikultur gagal memenuhi rencana produksi gandum, dampak kerusakan akibat topan tahun lalu,” ujar Kim dalam rapat dengan komite pusat Partai Buruh, seperti dikutip kantor media pemerintah Korut, KCNA, Selasa (15/6).
Beberapa penyebab krisis pangan yang terjadi pada tahun ini ialah kondisi cuaca yang tidak cukup mendukung. Korut sempat mengalami penurunan curah hujan dan membuat negara itu harus menunda penanaman mereka.
Tak hanya itu, Korut pernah mengalami topan dan hujan lebat yang mengakibatkan beberapa daerah di negara itu terendam banjir atau memiliki terlalu banyak kelembapan tanah. Akibatnya, hasil panen Korut berkurang drastis di tengah pasokan pangan yang juga tidak aman.
Warga Korut menyaksikan peluncuran uji coba rudal balistik baru di sebuah layar besar yang terpasang di pusat Ibu Kota Pyongyang. (AFP PHOTO/KIM Won-Jin)
|
Berbeda dengan sang ayah, Kim Jong-un sejauh ini berupaya menangani krisis pangan Korut dengan cara yang dinilai tak biasa.
Pada akhir Oktober lalu, Kim Jong-un mengumumkan kebijakan baru yakni mendorong warganya membiakkan angsa hitam dan kelinci sebagai alternatif bahan pangan.
Media pemerintah Korut bahkan terus mempromosikan manfaat daging angsa hitam demi menarik tingkat konsumsi masyarakat.
“Daging angsa hitam enak dan memiliki manfaat dalam pengobatan,” bunyi laporan surat kabar partai Buruh Korut, Rodong Sinmun, Senin (25/10).
Tak hanya itu, pemerintah Korut juga disebut memerintahkan masyarakat untuk berhemat dan mengurangi makan hingga 2025.
“Situasi pangan sekarang saja sudah gawat dan warga menderita. Ketika pemerintah meminta warga untuk berhemat dan mengonsumsi makanan lebih sedikit hingga 2025, mereka tak bisa berbuat apa pun. Hanya dapat sedih,” ujar seorang warga anonim di Radio Free Asia.
Meski tengah terlilit krisis, Kim Jong-un berkeras menolak bantuan internasional, terutama dari Amerika Serikat di tengah pandemi Covid-19 dan krisis pangan akut yang melanda negaranya.
Salah satu pejabat Kementerian Luar Negeri Korut menyebut bantuan Amerika termasuk vaksin dan bantuan lainnya merupakan skema politik jahat untuk menekan negara lain.
“Ini dengan jelas mengungkapkan bawah niat tersembunyi Amerika untuk menghubungkan ‘bantuan kemanusiaan’ dengan ‘masalah hak asasi manusia’ adalah untuk melegitimasi tekanan mereka pada negara-negara berdaulat dan mencapai skema politik jahat mereka,” kata Kang di situs resmi Kemlu Korut pada Senin (12/7).
Sebagai contoh, Kang menyinggung penurunan bantuan AS kepada Afghanistan menyusul penarikan pasukan Negeri Paman Sam dari negara Asia Selatan itu.
“Dalam praktik sebenarnya, banyak negara telah mengalami rasa pahit sebagai akibat dari menggantungkan banyak harapan pada ‘bantuan’ dan ‘bantuan kemanusiaan’ Amerika,” kata Kang seperti dikutip Reuters.
Peneliti Senior Asosiasi Promosi Pertukaran Ekonomi dan Teknologi Internasional Kemlu Korut, Kang Hyon Chol, menyebut serangkaian bantuan luar negeri AS selalu diikuti kepentingan kebijakan luar negerinya, seperti tekanan terhadap penegakan hak asasi manusia dan program nuklir Pyongyang.
Meski terimpit krisis ekonomi dan kemiskinan, pemerintah Korut terus mengembangkan program senjata rudal dan nuklir terlepas dari sanksi internasional. Beberapa pihak bahkan curiga bahwa sejumlah bantuan kemanusiaan internasional untuk Korut digunakan pemerintahnya untuk mendanai program senjata.
Jurus berbeda ayah Kim Jong-un atasi krisis pangan dapat dibaca di halaman berikutnya >>>
Gaya Kim Jong-il Atasi Krisis Pangan