Berat Badan Turun Cepat Saat Diet, Aman atau Cuma Tipu-tipu?
Daftar Isi
Jakarta, Indonesia —
Iklan teh pelangsing dan pil ajaib menyergap tiap Anda scrolling di media sosial. Para influencer hingga artis papan atas pamer tubuh baru setelah turun belasan kilogram hanya dalam dua minggu.
Rasanya sulit untuk tidak tergoda, apalagi di era serba instan seperti sekarang di mana makanan, hiburan, bahkan pasangan bisa datang dalam hitungan menit. Maka tak heran, banyak orang berlomba-lomba menurunkan berat badan dengan cepat.
Tapi tunggu dulu. Penurunan berat badan yang terlalu cepat tidak selalu berarti sehat. Justru sering kali membawa dampak buruk yang lebih besar daripada manfaatnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak apa saja yang sebenarnya terjadi pada tubuh saat kita terlalu ngebut menurunkan berat badan, melansir Eating Well:
1. Bukan lemak yang hilang tapi otot yang menyusut
Dalam usaha memangkas kalori dengan ketat, tubuh mulai ‘mengorbankan’ jaringan yang bisa diubah jadi energi. Sayangnya, yang hilang bukan hanya lemak, tapi juga otot dan cairan tubuh.
Padahal, otot punya peran vital, mulai dari membantu metabolisme, menjaga keseimbangan, hingga mendukung kinerja jantung dan paru-paru. Solusinya? Tetap lakukan latihan kekuatan meski timbangan tak turun drastis. Ingat, otot adalah investasi jangka panjang untuk kesehatan.
2. Berat badan cepat naik kembali
Fenomena ini disebut yo-yo dieting. Setelah tubuh kehilangan berat secara cepat, ia akan masuk ke mode bertahan hidup, alias survival mode.
Metabolisme melambat, tubuh jadi irit dalam membakar kalori. Begitu pola makan kembali seperti semula, tubuh langsung menyimpan kelebihan kalori sebagai lemak, karena ‘takut kelaparan’ lagi.
3. Kekurangan nutrisi penting
Diet super ketat sering kali mengorbankan gizi penting. Akibatnya? Rambut rontok, kulit kusam, anemia, cepat lelah, hingga tulang lemah. Tubuh butuh bahan bakar berkualitas, bukan sekadar sedikit kalori.
4. Risiko batu empedu meningkat
Penurunan berat badan drastis memicu pelepasan kolesterol tinggi ke dalam empedu, yang bisa membentuk batu empedu. Gejalanya? Nyeri hebat, muntah, gangguan pencernaan hingga demam.
Ahli gizi Lisa Andrews menyarankan agar target penurunan berat badan berada di kisaran sehat, 0,5-1 kg per minggu.
5. Tubuh lemas dan otak lemot
Kalori adalah energi. Jika terlalu sedikit masuk, tubuh pun lemas, mudah mengantuk, dan sulit berkonsentrasi. Glukosa yang dibatasi pun membuat otak seperti kehilangan bensin. Jika Anda aktif berolahraga, performanya bisa jeblok.
6. Kesehatan mental ikut terganggu
Obsesif terhadap angka timbangan bisa berdampak pada kesehatan mental. Rasa malu, bersalah, isolasi sosial, hingga gangguan makan bisa mengintai. Tak jarang, orang yang diet terlalu ketat malah jadi takut terhadap makanan atau merasa terasing dari pergaulan.
Padahal, koneksi sosial dan penerimaan diri adalah fondasi penting untuk kesehatan secara menyeluruh.
(tis/tis)