Bullying di Tempat Kerja, Ancam Mental sampai Coreng Muka Perusahaan



Jakarta, Indonesia —

‘Ah gitu aja baper.’ Bisa saja ini kerap Anda dengar di lingkungan kerja. Sesuatu yang dianggap pihak lain candaan ternyata perundungan atau bullying buat pihak lain.

Menurut psikolog Pingkan Cynthia Belinda Rumondor, candaan adalah sesuatu yang bisa dinikmati kedua belah pihak, tak ada yang tersakiti atau direndahkan.
“Bullying itu perilaku secara sengaja dan berulang untuk mengintimidasi, menjatuhkan. Kemudian ada ketidakseimbangan kekuasaan, salah satu superior, satunya inferior,” jelas Pingkan dalam webinar bersama Unilever, Senin (15/11).

Bullying akan melibatkan tiga unsur yakni pelaku, korban dan saksi. Pelaku ini pihak yang sengaja menyerang. Kemudian korban adalah target yang diposisikan lebih rendah dan biasanya orang berbeda dari mayoritas misal, kaum disabilitas, orang yang beda agama atau orientasi seksual.

Sedangkan saksi merupakan orang yang ada dalam situasi di mana bullying terjadi. Saksi ini bisa melakukan intervensi, tetapi bisa juga diam saja. Saat saksi tidak paham cara menghentikan aksi bullying, dia akan diam saja atau ada bystander effect. Saksi hanya saling menunggu siapa yang akan bergerak terlebih dulu.

Pelaku, lanjut Pingkan, sebenarnya sadar melakukan bullying. Namun dia tidak sadar alasan melakukan bullying.

“[Dia mikir] ‘Ah ini kan cuma bercanda’. Sebetulnya di balik alasan itu ada rasa tidak mampu, malu sama diri sendiri yang berusaha ditutupi, dia enggak nyaman sama dirinya. Nah biar menghindari itu, dia akan menyerang, menarget secara tidak sadar. Lalu ini ditambah budaya senioritas, semakin [parah] lah seperti itu. Ini yang jadi tantangan,” ujarnya.

Bagaimana dengan korban?

Pingkan menjelaskan bullying jelas akan berdampak buruk baik pada korban maupun perusahaan tempatnya bekerja.

1. Merasa diri tidak berharga, korban yang terus mengalami bullying merasa cemas, merasa dirinya tidak berharga, merasa ada yang salah dengan dirinya.

2. Produktivitas terganggu, bullying akan berdampak pada kesehatan mental, emosi, pikiran, perilaku. Saat ada rasa ragu akan diri sendiri, produktivitas pun terganggu.

3. Masalah kesehatan fisik, dari masalah mental bisa berujung pada masalah kesehatan fisik. Kecemasan, stres akan mengganggu kualitas tidur lalu merembet pada masalah kesehatan lain yang berkaitan dengan stres.

4. Finansial perusahaan terdampak, Pingkan menyebut sempat ada riset mengenai dampak finansial akibat bullying. Saat karyawan mengalami efek mental dan fisik dari bullying, ia akan mencari bantuan dan meminta kompensasi kesehatan dari perusahaan. Akibatnya, pengeluaran perusahaan untuk kompensasi ini bisa 2 kali lipat lebih banyak daripada perusahaan yang karyawannya tidak terdampak mental dan fisiknya.

5. Pertaruhan nama baik perusahaan, semakin aksi bullying dibiarkan, makin tinggi biaya kompensasi kesehatan, produktivitas perusahaan turun, maka loyalitas karyawan turun pula. Bahkan nama baik perusahaan bisa terancam apalagi sekarang banyak hal yang diangkat ke media sosial dan jadi viral.

Cegah dan Atasi Bullying dengan Sistematis


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *