China Siapkan UU Pelecehan Seksual Lindungi Perempuan



Jakarta, Indonesia —

Komite tetap parlemen China, Kongres Rakyat Nasional, disebut tengah menggodok rancangan undang-undang (RUU) guna melawan pelecehan seksual dan diskriminasi gender pada Senin (19/12).

RUU Hukum Perlindungan Hak dan Kepentingan Perempuan juga akan mengatur definisi yang lebih jelas soal perilaku yang tidak pantas.

Menurut RUU itu, seseorang disebut melanggar hukum jika melakukan pelecehan secara verbal, menunjukkan perilaku tubuh yang tidak pantas atau tidak perlu, menunjukkan gambar seksual secara eksplisit, atau mengiming-imingi korban untuk berhubungan seksual.

Berdasarkan laporan CCTV yang dikutip Reuters, di bawah RUU itu, para pekerja tak akan diizinkan meminta lamaran pekerjaan perempuan jika mereka menikah atau hamil, atau tes kehamilan.

CCTV merupakan media pemerintah China, di bawah departemen publikasi. Media ini, menjadi kanal untuk merilis informasi yang berkaitan dengan negara itu dan partai komunis.

Namun, departemen itu tak merespons ketika dimintai komentar soal RUU tersebut.

Hingga kini, belum jelas kapan undang-undang itu akan disahkan. Diskusi diperkirakan akan berlanjut hingga setidaknya hari Jumat (24/12).

RUU itu juga melarang perusahaan membatasi staf perempuan untuk menikah atau memiliki anak, atau jika mereka secara eksplisit memprioritaskan kandidat laki-laki daripada perempuan.

Langkah itu muncul di tengah menurunnya populasi usia angkatan kerja di China dan desakan para aktivis Beijing yang menyuarakan kesetaraan gender.

Menurut Forum Ekonomi Dunia, China, menempati peringkat 107 dari 153 negara soal kesetaraan gender global. Di negara itu, laki-laki mendominasi di sektor politik dan bisnis.

Sementara itu, jumlah perempuan hanya seperempat dari total jumlah parlemen di China. Di Politbiro Partai Komunis, hanya ada satu perempuan dari 25 anggota.

Isu pelecehan seksual ramai diperbincangkan usai seorang mahasiswa di Beijing secara terbuka menuduh profesornya melakukan pelecehan seksual.

Tindakan itu menggemakan gerakan #MeToo China pada 2018. Kabar tersebut kemudian menyebar ke LSM, media dan industri lain.

Perbincangan pelecehan seksual kembali ramai saat mantan bintang petenis China, peng Shuai, mengaku dipaksa berhubungan seksual dengan eks wakil Perdana Menteri China, Zhang Gaoli.

Komunitas internasional kemudian mendesak China untuk melakukan investigasi secara menyeluruh.

(isa/bac)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *