Curah Hujan Tinggi, Waspada Banjir Lahar Semeru



Bandung, Indonesia —

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Andiani mengatakan bahwa hujan yang terjadi tidak memicu erupsi Gunung Semeru. Erupsi gunung api terjadi karena pergerakan aliran magma dari perut gunung api menuju permukaan.

“Sebetulnya potensi erupsi itu terjadi karena pergerakan energi di dalam gunung. Ada pergerakan magma, gas, bisa material, sehingga keluarnya magma itu dari dalam bumi yang dipengaruhi kandungan dalam bumi itu sendiri,” kata Andiani dalam jumpa pers daring, Senin (6/12).

Meski begitu, pihak PVMBG tetap mengimbau adanya potensi banjir lahar dari Gunung Semeru karena curah hujan yang masih tinggi dalam beberapa waktu ke depan.

“Kejadian erupsi gunung berapi itu tidak ada hubungannya dengan curah hujan tapi mempengaruhi kejadian lahar. Lahar itu semacam banjir tapi di dalam banjir itu mengangkut material yang cukup besar. Material itu berasal dari gunung api itu sendiri, airnya dari mana? itu dari curah hujan,” ujarnya.

Andiani mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengantisipasi curah hujan yang diprediksi akan cukup tinggi dalam satu hingga dua bulan ke depan.

Oleh karenanya, dia meminta warga khususnya yang berada di jalur lahar di sekitar selatan dan tenggara seperti Besuk Kobokan, untuk waspadai aliran lahar.

“Potensi lahar masih ada,” ucapnya.

Andiani menambahkan, timnya saat ini sengaja membawa sejumlah peralatan untuk menghitung volume kubah lava yang masih tersisa di kawah Gunung Semeru. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berulangnya kejadian serupa.

“Tim dari Bandung ke sini membawa alat-alat, salah satunya kita mengukur volume guguran itu sendiri. Mudah-mudahan kegiatan kami di sini berjalan dengan lancar, dan kita berharap paling tidak kita memiliki data-data terkait dengan kubah lava,” cetusnya.

Perihal erupsi, belum akan meningkatkan status Gunung Semeru pasca erupsi yang terjadi Sabtu (4/12).

“Status waspada Gunung Semeru sudah ditetapkan sejak 12 Mei 2012, dan status ini belum kami rasa untuk ditingkatkan, tapi belum kami rasa juga diturunkan,” kata Andiani dalam konferensi pers secara virtual di kanal Youtube Kementerian ESDM, Senin (6/12).

Berdasarkan catatan PVMBG, setiap hari ada letusan atau erupsi dengan jumlah rata-rata 25 kejadian. Namun, erupsi 4 Desember lalu merupakan yang terbesar dalam beberapa waktu terakhir.

Diketahui, korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru bertambah menjadi 22 orang berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sampai pukul 17.30 WIB, Senin (6/12).

“Jumlah korban meninggal yang dilaporkan oleh Pusdalops BNPB itu 22 orang. Di Kecamatan Pronojiwo 14 orang, di Kecamatan Candipuro delapan orang,” ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Senin (6/12).

(hyg/fjr)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *