DAS Kapuas Rusak 70 Persen Seiring Hutan Gundul


Jakarta, Indonesia —

Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji menyebut kondisi daerah aliran sungai (DAS) Kapuas yang melintang di Kalbar telah rusak hingga 70 persen.

Kerusakan itu menurutnya, membuat sungai semakin dangkal. Apabila debit air meningkat karena intensitas hujan tinggi, kata Sutarmidji, maka air sungai meluap dan menyebabkan banjir.

“Ini banjir termasuk yang besar dan terlama. Terjadi karena DAS Kapuas yang panjangnya 1.110 km itu sudah rusak 70 persen. Nah, seiring dengan adanya penambangan emas tanpa izin, kemudian hutan gundul sana sini kemudian alih fungsi hutan, maka pendangkalan sungai semakin cepat,” kata Sutarmidji dalam program ChatRoom bersama Indonesia TV, Jumat (12/11).

Sutarmidji menyebut kondisi sungai Kapuas beberapa tahun lalu saat sedang surut memiliki kedalaman 6-7 meter di muaranya. Namun saat ini, ketika air surut kedalaman muara sungai Kapuas hanya 4-5 meter saja.

Sutarmidji kemudian menyebut kerusakan DAS Kapuas itu juga diduga disebabkan aktivitas pertambangan dan pembukaan lahan kelapa sawit yang memunculkan deforestasi.

Ia lantas membandingkan penyebab banjir saat ini dengan banjir pada 1963. Menurutnya, ada perbedaan antara penyebab banjir saat ini dengan tahun tersebut.

Ia berkata, banjir pada 1963 dipicu oleh perubahan iklim bukan deforestasi. Sebab, saat itu DAS dan serapan air masih terbilang bagus.

“Tiga tahun tidak pernah dikeruk oleh pemerintah, ya. Ini bukan tanggung jawab provinsi, tapi tanggung jawab pemerintah pusat,” kata dia.

Namun demikian, Sutarmidji menyebut apabila berbicara bencana alam memang juga perlu mengamini bahwa ada faktor alam seperti La Nina yang saat ini terjadi di Indonesia. Untuk itu, ia meminta seluruh pihak mulai menanam tumbuhan yang sesuai dengan habitatnya.

Ia kemudian mendorong agar tanaman kratom dihidupkan di daerahnya sebagai salah satu upaya mencegah bencana banjir di Kalbar. Ia menambahkan, tanaman kratom mudah dan cepat tumbuh sehingga baik untuk program penghijauan.

Namun belakangan, Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan tanaman kratom mempunyai efek samping yang lebih kuat dari morfin dan dapat merusak kesehatan manusia. Atas dasar itu BNN tetap menargetkan aturan larangan peredaran dan penggunaan daun kratom mulai 2022.

“Sebetulnya banjir kali ini kita jangan bicara sawit, tambang dan sebagainya, nanti dikira tendensius juga. Ini juga pengaruh La Nina, perubahan cuaca juga iya. Nah, tapi DAS Kapuas memang 70 persen sudah rusak sekarang ini, makanya kita mengajak untuk menanam kembali dengan tanaman yang memang dikembalikan pada habitatnya,” ujarnya.

Banjir yang melanda Kabupaten Sintang, Kalbar, tak kunjung surut. Banjir tersebut merendam permukiman warga selama tiga pekan terhitung hingga Jumat (12/11). Ketinggian air juga bervariasi hingga masih ada sejumlah kawasan yang terendam banjir hingga 2-3 meter.

Bencana air bah yang merendam 12 kecamatan itu mengakibatkan setidaknya tiga warga meninggal dunia. Kurang lebih 35 ribu unit rumah terendam banjir, akses internet mati, sejumlah kawasan terputus dari akses listrik, hingga fasilitas umum seperti jembatan mengalami kerusakan berat.




Infografis - Dampak Banjir 3 Pekan di SintangInfografis – Dampak Banjir 3 Pekan di Sintang, Kalimantan Barat. ( Indonesia/Astari Kusumawardhani)

(khr/pmg)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *