Dirugikan Kapal Ikan Asing, Nelayan Natuna Siap ‘Bela Negara’



Natuna, Indonesia —

Zali Wardi (42), tengah memperbaiki kapalnya di sisi timur dermaga Pelabuhan Pering/Lubuk Lumbang, Kabupaten Natuna, siang itu. Sudah sepekan lebih nelayan Natuna tak melaut lantaran kapalnya itu butuh perawatan.

Sambil memperbaiki kapal yang jadi alat mata pencahariannya itu, Zali mengeluhkan tangkapan ikan yang terus berkurang akhir-akhir ini.

Menurutnya, kapal ikan asing seperti dari Vietnam yang kerap ditemuinya, jadi biar kerok. 

Bukan tanpa alasan, kapal-kapal dari negeri tetangga itu menggunakan trawl atau pukat harimau untuk menangkap ikan. Alat tangkap berupa jaring itu bukan hanya menangkap ikan dewasa, namun juga ikan-ikan kecil yang mestinya ditangkap di kemudian hari. 

Sementara nelayan Natuna seperti dirinya, selain menggunakan kapal kecil, hanya 5 gross tonnage (GT), juga cuma mengandalkan alat pancing sederhana. Hanya ikan dewasa yang ditangkap.

Zali yang sudah belasan tahun menjadi nelayan ini mengatakan, kapal-kapal Vietnam menurunkan di satu lokasi, kemudian ditarik oleh dua kapal bersamaan. Setelah pukat terisi penuh, kapal-kapal tersebut berhenti untuk memindahkan hasil tangkapan.

Sistem penangkapan seperti itu, kata Zali, membuat ikan di Laut Natuna Utara habis. Hasil tangkapan ia dan nelayan Natuna lainnya pun berkurang.

ia menuturkan, dahulu baru 5 hari di laut, kotak fiber berisi es sudah penuh. Saat ini, jika Zali berlayar sampai 10 hari kotak-kotak es itu belum tentu penuh.

Kondisi tersebut membuat pendapatannya menurun drastis. Beberapa tahun lalu, sekali melaut 10 hari, Zali bisa mengantongi Rp20 juta. Sekarang ini, pendapatan ikannya turun menjadi belasan juta rupiah. Hasil itu masih harus dibagi empat, dirinya, 2 ABK, dan membayar kredit kapal.

“Dulu masih juga terhitung Rp20 juta lebih hasil balik, sekarang tinggal belasan, 12, 13. Tahun-tahun ini lah,” kata Zali kepada Indonesia.com beberapa waktu lalu.

Zali berharap pemerintah meningkatkan patroli di Laut Natuna Utara untuk menghalau dan menangkap kapal-kapal ikan Vietnam tersebut. Ia pun siap membantu memberikan informasi jika melihat kapal ikan Vietnam kepada instansi terkait.

Berdayakan Nelayan

Ketua Rukun Nelayan Lubuk Lumbang, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Herman berharap TNI AL, Bakamla dan Ditjen PSDKP KKP melibatkan nelayan dalam pengawasan di Laut Natuna Utara.

Menurutnya, para nelayan yang biasa mencari hingga sampai utara ZEE Indonesia bisa dijadikan sebagai perpanjangan tangan di tengah laut.

“Dengan catatan, kita mungkin bisa dilatih dan dibina, dan dibantu juga dengan peralatan navigasi seperti radio panggil,” kata Herman kepada Indonesia.com.

Pelibatan nelayan bisa dilakukan lewat cara yang sederhana. Salah satunya, menurut Herman, dengan membekali radio panggil di setiap kapal nelayan.

Radio panggil itu tersambung dengan kapal TNI AL maupun Bakamla, sehingga informasi keberadaan kapal ikan Vietnam maupun kapal pemerintah asing bisa segera diketahui.

“Radio panggil bisa di-setting jalur khusus, kita bisa menghubungi Bakamla atau AL,” ujarnya.

Herman optimistis keberadaan nelayan sangat membantu aparat patroli. Apalagi, menurut dia, terkadang kapal patroli tak selalu berada di tengah laut.

Kapal patroli, baik KRI, kapal Bakamla, maupun Ditjen PSDKP KKP memang suatu waktu pasti merapat ke dermaga untuk mengisi bahan bakar maupun perbekalan. Dengan demikian perairan utara Natuna bisa saja kosong dari patroli.

“Dengan kekosongan itu kan nelayan kita terkadang berada 24 jam, ketika pada waktu tersebut kalau ada kapal asing masuk, kan kita bisa menghubungi kapal Bakamla yang ada di darat,” katanya.

Menurutnya, selama ini salah satu kendala nelayan Natuna memberikan informasi adalah jarak tempuh yang sampai berhari-hari. Jika nelayan melihat ada kapal ikan asing maupun kapal pemerintah asing, mereka tak bisa langsung melaporkan. Mereka butuh waktu 3 sampai 5 hari lebih untuk kembali ke darat dan memberikan laporan.

“Kalau punya radio panggil kan cepat, kalau itu kita ngeliat, jam itu (juga) kita kasih tau, kalau memang armada kapal dengan cepat, kan ada pangkalan udara, kan bisa pantau, yang penting libatkan kami nelayan,” ujarnya.

Nelayan Bela Negara

Kepala Bakamla Laksamana Madya Aan Kurnia mengatakan pihaknya sudah memiliki rencana untuk melibatkan nelayan dalam membantu mengawasi perairan perbatasan, termasuk Natuna.

Aan mengaku sudah memaparkan konsep tersebut kepada Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal Muhammad Herindra serta beberapa perwakilan nelayan. Pihaknya ingin bekerja sama dengan para nelayan.

Aan mengaku ingin para nelayan bisa lebih banyak hadir di perairan utara Natuna. Ia tak mau hanya aparat penegak hukum, seperti TNI AL, Bakamla, maupun Ditjen PSDKP KKP yang berada di tengah laut. Menurutnya, kehadiran nelayan sangat membantu kapal-kapal patroli RI.

“Pelaku ekonominya juga hadir di sana. Itu baru cakep, kalau selama ini kan kita hanya nangkap usir, itu tidak selesaikan masalah. Kita lihat China, Vietnam, Filipina juga seperti itu,” kata Aan kepada Indonesia.com beberapa waktu lalu.

Perwira AL bintang tiga itu mengatakan para nelayan akan mendapat pembekalan semacam bela negara. Menurutnya, nelayan-nelayan yang mendapat pembekalan bisa mengetahui harus melapor ke mana jika melihat pergerakan kapal-kapal mencurigakan di perairan perbatasan.

“Konsep saya seperti itu, ini juga harusnya di-support oleh pemerintah. Jadi khusus nelayan ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan juga tentunya dengan alat tangkap ini harus disesuaikan dengan daerah-daerah,” ujarnya.

Selain itu, Aan mengaku sangat ingin kapal-kapal Bakamla maupun KRI ikut mengawal nelayan-nelayan Natuna mencari ikan hingga perbatasan ZEE Indonesia. Untuk mewujudkan ini, kata Aan, perlu komunikasi dengan para pihak terkait.

Menurutnya, kapal-kapal Bakamla terbatas sehingga tak bisa setiap hari mengawal kapal nelayan mencari ikan di Laut Natuna Utara. Namun, Aan menyebut hal tersebut bukan menjadi masalah. Ia pun akan membuka komunikasi dengan para nelayan di Natuna.

“Makanya ini harus sering ngobrol, kalau enggak nanti pas dia (nelayan) keluar, (kapal Bakamla) pas masuk (dermaga), enggak ketemu dong. Kasih (tahu) dong siapa koordinator nelayan, nanti saya kasih kontak person saya. Kita jagain. Saya ingin gitu,” katanya.

‘Program Nelayan Nasional Indonesia’, di halaman selanjutnya…


Konsep Program Nelaya Nasional Indonesia


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *