DKI Ingin Jalan Blora, Kemang dan Sunter Jadi Kawasan Rendah Emisi



Jakarta, Indonesia —

Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta berencana menerapkan kawasan rendah emisi atau low emission zone (LEZ) di wilayah Kemang, Danau Sunter, dan Jalan Blora.

Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta Rudy Saptari mengatakan Jalan Blora, Jakarta Pusat bakal dijadikan kawasan rendah emisi karena sudah dilakukan revitalisasi yang ramah bagi pejalan kaki.

“Kami sudah memetakan beberapa lokasi yang akan kita coba penerapan LEZ ini, salah satunya dalam waktu dekat mungkin di kawasan Jalan Blora,” kata Rudy dalam webinar bersama Remotivi, Rabu (17/11).

Jalan Blora juga diharapkan bisa menjadi Kawasan Berorientasi Transit (KBT) karena akan terhubung dengan stasiun MRT, Kereta Commuter Indonesia (KCI), dan Transjakarta.

“Tadi di Jalan Blora, ke depan akan dibangun transport hub MRT di mana nanti akan tersambung antara MRT-KCI, nanti juga akan ada jembatan penyeberangan yang akan mengintegrasikan kawasan tersebut,” ucap Rudy.

Nantinya, Jalan Blora bakal menjadi kawasan rendah emisi kedua setelah Kota Tua. Ketika kebijakan tersebut diterapkan, hanya kendaraan berstiker lulus uji emisi yang bisa melintas.

Karyawan yang berkantor di sekitar Kota Tua, atau warga yang hendak berkunjung disarankan memanfaatkan layanan angkutan umum.

Rudy mengatakan wilayah Kemang, Jakarta Selatan dan Danau Sunter, Jakarta Utara juga akan dijadikan kawasan rendah emisi. Namun, perlu ada kajian yang lebih mendalam terlebih dahulu.

“Kita melihat parameter apa saja yang dibutuhkan untuk bisa menjadi kawasan rendah emisi, jadi aplikasi kebijakan ini ke tempat lain sangat dimungkinkan,” ucap dia.

Kota Tua

Rudy mengatakan penerapan kawasan rendah emisi di Kota Tua cenderung berhasil menurunkan polusi. Hampir satu tahun berjalan, tingkat konsentrasi polutan udara jenis partikel PM 2,5 dan PM 10 diklaim menurun di wilayah Kota Tua.

“Dinas Lingkungan Hidup DKI melakukan pengawasan udara di kawasan Kota Tua mengalami penurunan setelah penerapan kebijakan LEZ,” kata Rudy dalam webinar bersama Remotivi, Rabu (17/11).

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup DKI, kandungan sulfur dioksida (SO2) pada sebulan pertama penerapan LEZ di Februari 2021 di angka 58 dan terus menurun hingga di angka 49. Sementara indeks kadar debu PM 2,5 awalnya berada di angka 28 ug/m3 turun hingga 18 ug/m3.

Kendati tingkat polutan menunjukkan penurunan, Rudy menyebut belum ada evaluasi menyeluruh terkait penurunan tingkat polutan di Kota Tua secara berkala.

“Evaluasi keseluruhan memang belum ada data berkala pada Februari sejak awal pelaksanaan LEZ. Tapi dari pengawasan udara, partikel polutan PM 2,5 dan PM 10 mengalami penurunan,” kata dia.

Penurunan polutan udara di Kawasan Wisata Kota Tua tak berbanding lurus dengan kinerja jaringan lalu lintas. Rudy menilai, kinerja jaringan lalu lintas belum mengalami peningkatan signifikan dari kondisi awal.

Kinerja jaringan lalu lintas dinilai menggunakan tundaan kendaraan, kecepatan kendaraan melintas, jarak tempuh, dan waktu tempuh kendaraan untuk melintas di daerah tersebut.

Berdasarkan data Dishub Provinsi DKI Jakarta, rata-rata tundaan kendaraan menjadi 132,30 dari semula 134,43. Artinya kendaraan melintas di kawasan Kota Tua masih seringkali mengalami hambatan ketika melintas. Hambatan ini akan mempengaruhi kecepatan, jarak, dan waktu tempuh kendaraan.

(mln/bmw)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *