Epidemiolog Minta Pemerintah Aktif Deteksi Omicron di Dalam Negeri



Jakarta, Indonesia —

Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman meminta pemerintah untuk aktif melakukan deteksi Covid-19 varian Omicron di dalam negeri. Permintaan ini disampaikan merespons bertambahnya 11 kasus Omicron di Indonesia pada Jumat (24/12).

Tambahan ini membuat kasus Omicron di Indonesia menjadi 19 kasus. Semua kasus itu merupakan imported case atau berasal dari perjalanan dari luar negeri.

Di satu lain, Dicky mengatakan ditemukannya Omicron yang merupakan imported case menunjukkan sistem screening di pintu masuk Indonesia sudah berjalan dengan efektif.

“Tapi juga menunjukkan bahwa situasi seperti ini bisa jadi sebelumnya juga. Sebelum apa? Sebelum Omicron ini dilaporkan. Artinya ketika kita misalnya masih menggunakan PCR yang belum bisa mendeteksi. Apalagi saat itu masa karantina kita di bawah 3 hari,” kata Dicky saat dihubungi Indonesia.com, Sabtu (25/12).

Dengan kondisi itu, menurutnya pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan pendeteksian di pintu masuk, sebab ada kemungkinan Omicron sudah ada di Indonesia sebelum kasus awal dilaporkan pekan lalu.

“Di dalam negeri ini harus ada mencari, mendeteksi secara proaktif dengan surveillance retrospektif atau prospektif, terutama para pelaku perjalanan dari luar dan kontak-kontaknya. Mau itu kru pesawat, penumpang,” kata Dicky.

Untuk pendeteksian itu, Dicky mengusulkan pemerintah untuk mengambil sampel acak dari para pelaku perjalanan luar negeri dalam sebulan terakhir.

“Itu yang akan meningkatkan rasa aman kita bahwa di dalam sudah ada atau tidak. Ini yang harus dilakukan. Selain tentu kita harus terus tingkatkan upaya akselerasi dari vaksinasi dan juga membatasi pergerakan dengan meningkatkan kriteria orang bepergian,” katanya.

Di sisi lain, Dicky juga menyinggung soal banyaknya masyarakat yang berwisata di liburan akhir tahun ini. Menurutnya, ada potensi lonjakan kasus Covid-19 imbas liburan tersebut.

Ia menilai, pemerintah kesulitan untuk mencegah masyarakat yang ramai-ramai berlibur, sehingga harus disiapkan antisipasi.

“Salah satu yang bisa dijadikan mitigasi adalah wahana atau destinasi wisata yang boleh dibuka yang sifatnya jauh lebih kecil potensi untuk terjadinya klaster. Hal lain yang mau tidak mau disiapkan rumah sakit dan fasilitas kesehatan menghadapi potensi ledakan. Ya kalau misal pun terjadi satu bulan setelahnya. Tapi walaupun saat ini potensinya masih moderat. Ya tetap harus disiapkan,” kata Dicky.

(yoa/ptj)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *