Fakta Baru soal Ular Berkaki Empat di Masa Lalu



Jakarta, Indonesia —

Sebuah studi terbaru menemukan fakta terbaru terkait penemuan fosil ular berkaki empat di zaman prasejarah.

Fosil seukuran pensil itu sebelumnya diyakini sebagai ular berkaki empat pertama. Namun, sains mengklaim dan meyakini bahwa sebenarnya binatang itu bisa jadi bintang yang berbeda dari yang diperkirakan.

Peneliti utama studi tersebut, Michael Caldwell mengatakan setelah mempelajari sisa-sisa makhluk yang dikenal sebagai Tetrapodophis amplectus atau genus dalam bahasa Yunani berarti ular berkaki empat, tim peneliti baru menemukan bahwa spesimen tersebut tidak memiliki ciri anatomi kunci yang khas ular.

Dilansir Live Science, fosil kecil yang yang ditemukan peneliti kira-kira berukuran panjang 7,7 inci (19,5 cm) itu kemungkinan adalah dolichosaur atau kadal laut yang sekarang sudah punah dengan tubuh memanjang yang hidup selama Periode Kapur (145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu).

Para ilmuwan telah lama mengungkapkan bahwa nenek moyang ular memiliki empat kaki. Dua studi pada tahun 2016 di jurnal Cell yang meneliti genetika ular menunjukkan bahwa ular kehilangan anggota badan mereka sekitar 150 juta tahun yang lalu karena mutasi genetik.

Sedangkan penelitian lain bahkan menemukan bukti fosil ular berkaki dua. Namun Tetrapodophis, yang penemuannya diumumkan pada 2015 di jurnal Science, tetap menjadi satu-satunya fosil ular berkaki empat yang tercatat.

Studi tahun 2015 menunjukkan bahwa ketika masih hidup 120 juta tahun yang lalu, Tetrapodophis menggunakan empat anggota tubuhnya, masing-masing dengan lima jari, bukan untuk berjalan tetapi untuk menggenggam pasangan saat kawin dan mencengkeram mangsa agresif saat berburu.

Peneliti juga memungkinkan hewan tersebut sebagai hewan peralihan dari kadal purba ke ular modern dan mungkin berevolusi dari hewan penggali tanah.

Interpretasi fosil itu tidak sesuai dengan Caldwell dan Robert Reisz, rekan penulis studi baru dan ahli paleontologi vertebrata di University of Toronto.

Sebab itu, keduanya disebut mendatangi Museum Solnhofen (sebelumnya dikenal sebagai Bürgermeister-Müller-Museum) tempat fosil itu dipajang untuk melakukan evaluasi mikroskopis terhadap Tetrapodophis, yang pertama kali mereka sajikan di Pertemuan tahunan Society of Vertebrate Paleontology 2016.

Temuan baru

Di sisi lain, tim baru menemukan bukti bahwa Tetrapodophis lebih mirip kadal daripada ular, terutama di tengkoraknya. Hal tersebut sudah dilaporkan peneliti dalam studi baru, yang diterbitkan online 17 November di Journal of Systematic Palaeontology.

Usai melakukan evaluasi, Caldwell mengatakan bahwa sebagian besar tulang tengkorak dihancurkan seperti kulit telur dengan potongan-potongan tengkorak yang hancur di satu lempengan dan cetakan alami tengkorak di bagian yang sama.

“Satu hal yang benar-benar diabaikan oleh penulis asli adalah padanan tengkoraknya. Itu dalam cetakan alami di mana kita melihat beberapa fitur lain yang kadal-y, bukan ular-y,” ucap Cadwell.

Para peneliti menemukan bahwa tubuh Tetrapodophis juga tidak seperti ular. Misalnya, fosil Tetrapodophis yang kurus kehilangan zygosphenes dan zygantra, yakni sistem penstabil di tulang belakang yang membantu ular merayap maju mundur.

Selain itu Tetrapodophis juga disebut memiliki tulang rusuk yang panjang dan lurus yang menunjukkan bahwa ia adalah perenang, bukan penggali seperti aslinya.

“Makhluk penggali cenderung panjang dan berbentuk tabung,” ungkap Caldwell.

Seorang rekan penulis studi Tiago Simões, seorang rekan postdoctoral di Museum of Comparative Zoology di Universitas Harvard menambahkan bahwa Dolichosaurs lebih terkait erat dengan ular. Jadi, mungkin tidak mengherankan jika penulis asli mengira bahwa Tetrapodophis adalah seekor ular.

Ahli paleontologi di University of Bath Inggris dan rekan penulis makalah 2015, Nicholas Longrich mengatakan kepada Popular Science pasti ada ruang untuk perdebatan tentang beberapa aspek kerangka di beberapa tempat tulang patah, atau tertutup oleh batu, sehingga bentuk beberapa tulang tidak jelas. Tapi secara keseluruhan, menurutnya anatominya jauh lebih konsisten dengan hewan yang terkait dengan ular.

Lanjut ke halaman berikutnya..


Fosil Sebagai Kunci Penelitian


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *