Fenomena Langit 5 Hari ke Depan, Hujan Meteor Sampai Solstis
Jakarta, Indonesia —
Pusat Riset Sains Antariksa (Pussainsa-LAPAN) mencatat akan ada sejumlah fenomena langit selama beberapa hari ke depan, di antaranya puncak hujan meteor Coma Berenicid.
Dikutip dari akun Instagram resmi LAPAN, berikut sejumlah fenomena langit yang akan terjadi pada pada pekan ini:
Puncak Hujan Meteor Coma Berenicid 17 Desember
Coma Berenicid adalah fenomena hujan meteor minor yang titik radiannya (titik asal kemunculan meteor) berada di dekat bintang Beta Leonis (Denebola/Asarfa) konstelasi Leo yang berbatasan dengan konstelasi Coma Berenices.
Hujan meteor itu berasal dari sisa debu benda langit yang tidak diketahui dan pertama kali diamati oleh Richard E. McCrosky dan Annette Posen.
Hujan meteor ini dapat disaksikan pukul 00.15 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam Matahari) dari arah Timur hingga Timur Laut (untuk pengamat di belahan di utara) atau Utara (untuk pengamatan di belahan selatan).
Intensitas hujan meteor tersebut di Indonesia berkisar 2,6-2,9 meteor/jam yang bisa silihat dari Sabang sampai Pulau Rote. Hal itu dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 58,8°-77,4° arah utara, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 3 meteor/jam.
Untuk menyaksikannya pastikan cuaca cerah dan bebas penghalang maupun polusi cahaya di sekitar wilayah penghujanlihatan. Hal ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle atau skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.
Bulan Purnama Mikro 18-19 Desember
Fenomena Bulan Purnama Mikro adalah fase Bulan Purnama yang waktu kejadiannya berdekatan dengan Apoge Bulan.
Bulan Purnama kali ini terjadi pada 19 Desember 2021 pukul 11.35.33 WIB dengan jarak geosentrik 405.935 kilometer dan lebar sudut 29,44 menit busur.
Bulan purnama mikro kali ini memiliki lebar sudut 12,9 persen lebih kecil dibanding Bulan Baru Super yang terjadi 4 Desember silam.
Sedangkan Apoge Bulan sudah terjadi 26,5 jam sebelumnya yakni pada tanggal 18 Desember pukul 08.58.36 WIB dengan jarak geosentrik 406.329 kilometer, lebar sudut 29,41 menit busur dan memasuki fase ‘hampir purnama’ dengan ilumninasi 98,9 persen.
Bulan purnama mikro ini dapat disaksikan dari arah timur laut sebelum terbenamnya Matahari, berkulminasi di arah utara sebelum tengah malam dan terbenam di arah barat laut sebelum terbitnya Matahari.
Retrograd Venus 19 Desember
Gerak retrograd adalah gerak semu planet yang tampak berlawanan arah dari Barat ke Timur dibanding gerak normalnya yaitu dari Timur ke Barat, jika diamati dari Bumi.
Gerak retrograd Venus dimulai pada 19 Desember 2021 pukul 17.55 WIB / 18.55 WITA / 19.55 WIT, puncaknya terjadi ketika konjungsi inferior pada 9 Januari dan berakhir 29 Januari pukul 15.54 WIB / 16.54 WITA / 17.54 WIT.
Gerak retrograd Venus berlangsung selama 41 hari dan terletak di konstelasi Sagitarius. Gerak retrograd Venus selalu terjadi setiap lima kali sewindu atau 584 hari sekali.
Fenomena ini sebelumnya telah terjadi pada 25 Juli 2015 selama 43 hari dan 6 Oktober 2018 selama 41 hari. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 23 Juli 2023 selama 42 hari dan 3 Oktober 2026 selama 42 hari.
Selama retrograd berlangsung, Venus masih bisa diamati hingga 3 Januari 2022. Keesokan harinya (4 Januari), Merkurius tidak dapat diamati selama 10 hari dikarenakan sudut pisah yang cukup kecil dengan Matahari.
Venus baru dapat diamati kembali pada 14 Januari 2022 ketika fajar, sehari sebelum retrograd berakhir.
Hujan Meteor, Solstis dan Konjungsi Bulan-Pollux