FlyZero, Pesawat Terbang Bertenaga Hidrogen Bebas Emisi Karbon
Aerospace Technology Institute (ATI) mengungkap sebuah konsep pesawat terbang bertenaga hidrogen yang disebut FlyZero. Pesawat ini bisa mewujudkan perjalanan terbang tanpa emisi di tengah industri penerbangan disebut menyumbang sekitar 2 persen dari emisi global.
Di atas kertas, firma yang didukung oleh pemerintah Inggris ini mengatakan pesawat berkapasitas 279 tempat duduk yang dikembangkannya akan memiliki kemampuan yang sama dengan pesawat konvensional berukuran sedang pada umumnya. Namun pesawat ini memiliki kelebihan yakni tidak menghasilkan emisi karbon.
Pesawat FlyZero merupakan salah satu dari sekian banyak pesawat yang dirancang oleh program FlyZero. Konsep baru ini akan menggunakan hidrogen yang disimpan dalam tangki bahan bakar kriogenik, kemudian menjaganya berada pada suhu minus 250 derajat Celcius.
Dua buah tangki kriogenik akan ditempatkan di bagian belakang pesawat, sementara dua tangki yang lebih kecil akan ditempatkan di bagian depan pesawat untuk menjaga keseimbangan pesawat terbang.
ATI menyebut pesawat memiliki lebar sayap 54 meter, yang masing-masing akan memiliki mesin turbofan.
“Desain ini dapat menentukan masa depan kedirgantaraan dan penerbangan,” kata Sekretaris Bisnis Inggris Kwasi Kwarteng dalam pernyataan ATI.
“Melalui kerja sama dengan industri, kami menunjukkan bahwa penerbangan yang benar-benar bebas karbon dapat dilakukan, dengan hidrogen sebagai pelopor untuk menggantikan bahan bakar fosil konvensional,” tambahnya.
Dilansir dari Interesting Engineering, ATI memperkirakan pesawat bertenaga hidrogen yang sangat efisien akan menggantikan pesawat konvensional.
ATI saat ini telah menerima pendanaan sebesar 1,95 miliar poundsterling atau sekitar Rp37 triliun sejak didirikan pada 2013.
Program konsep FlyZero sendiri berhasil meraup pendanaan 15 juta poundsterling atau sekitar Rp284 miliar dari dana tersebut. Sebagai ganti dana tersebut, ATI berjanji untuk memungkinkan para pelancong terbang dengan kecepatan dan kenyamanan yang sama seperti yang disediakan oleh maskapai penerbangan komersial.
Dilansir dari Autocar, teknologi baru yang dibutuhkan tidak hanya mencakup tangki hidrogen, turbin gas, dan sistem bahan bakar kriogenik, tetapi juga sayap (tanpa tangki bahan bakar konvensional).
Kemudian salah satu tantangan lainnya adalah memastikan bahwa setiap hidrogen cair diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan, dan bukan melalui proses yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil.
Selain hidrogen, alternatif lain untuk mengurangi emisi adalah pesawat bertenaga listrik, namun teknologi baterai saat ini disebut belum cukup maju untuk memungkinkan pesawat listrik terbang untuk jangka waktu yang lama.
Misalnya, pesawat ringan Maxwell X-57 listrik milik NASA hanya dapat terbang selama 40 menit setiap kali pengisian daya, memberikan jangkauan 100 mil atau 160 kilometer untuk sekali pengisian daya.
(mik)