Gara-gara Kelakuan Donald Trump, Bumi di Ambang Ancaman ‘Kiamat’
Jakarta, Indonesia —
Pemangkasan anggaran NASA, badan antariksa Amerika Serikat, disebut bakal berpengaruh signifikan untuk kehidupan umat manusia. Pasalnya, kebijakan yang diambil Presiden AS Donald Trump ini berdampak pada aktivitas pelacakan asteroid yang berpotensi menabrak Bumi dan menimbulkan bencana besar.
Trump sebelumnya mengumumkan rencana pemangkasan anggaran NASA sebesar 24 persen untuk tahun fiskal mendatang. Bahkan, ada usulan agar anggaran NASA dipotong hingga 47 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rapat dengar pendapat Komite DPR untuk Antariksa, Sains, dan Teknologi, yang digelar pada Kamis (15/5), para ahli membicarakan kemampuan pertahanan planet dari NASA.
Salah satu fokus pembicaraan dalam rapat tersebut adalah proyek Near-Earth Object (NEO) Surveyor, sebuah teleskop ruang angkasa pertama yang dirancang khusus untuk melacak asteroid dan komet yang berpotensi membahayakan Bumi.
NEO Surveyor merupakan langkah besar NASA setelah misi Double Asteroid Re-Direction Test (DART), yang membelokan obyek antariksa dengan sengaja menabrakan sebuah pesawat ke asteroid Dimorphos.
Berbeda dari misi DART, NEO Surveyor lebih merupakan langkah pencegahan untuk pertahanan planet. Misi ini akan menjadi alat untuk melacak asteroid yang mungkin akan ditabrak oleh pesawat DART.
“Kami tidak mengetahui adanya objek yang cukup besar yang memiliki risiko signifikan untuk menabrak Bumi dalam 100 tahun ke depan – namun, masih banyak lagi yang bisa ditemukan,” ujar Nicola Fox, administrator asosiasi untuk Direktorat Misi Sains NASA, dalam rapat dengar pendapat tersebut, melansir Live Science, Minggu (25/5).
“Misi ini akan meningkatkan kemampuan NASA untuk menemukan dan kemudian menentukan ukuran dan orbit NEO untuk memahami bahaya yang mereka timbulkan bagi kita. Menemukan asteroid-asteroid yang berpotensi membahayakan tetap menjadi prioritas utama program pertahanan planet NASA,” lanjutnya.
Ancaman asteroid 2024 YR4
Sejumlah pakar baru-baru ini juga menemukan asteroid 2024 YR4 yang berpotensi menghantam Bumi pada 22 Desember 2032. Asteroid YR24 diperkirakan memiliki lebar sepanjang 40-100 meter.
Asteroid berukuran sama pernah menghantam Bumi beberapa ribu tahun lalu dan menyebabkan kerusakan parah.
“Asteroid itu memiliki rentang ukuran yang sebanding dengan sebuah bangunan besar,” ujar Direktur Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS) di Laboratorium Propulsi Jet NASA, Paul Chodas.
Namun demikian, ukuran sebenarnya dari asteroid tersebut hingga saat ini masih belum dipastikan. Para astronom tengah melakukan pengamatan lanjutan menggunakan teleskop.
Tak mau terulang
Salah satu aspek yang paling menjanjikan dari NEO Surveyor adalah alat ini dapat menentukan objek astronomi dengan deteksi inframerah. Panjang gelombang inframerah tidak terlihat oleh mata manusia dan sebagian besar teknologi manusia.
Strategi deteksi ini seharusnya menghasilkan tingkat ketepatan target yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode tradisional, yang hanya mengandalkan sinar Matahari yang memantul dari objek antariksa.
Sejumlah pihak khawatir jika hanya mengandalkan hal tersebut, kejadian asteroid Chelyabinsk yang meledak di atas langit Rusia pada tahun 2013 dapat terulang kembali, bahkan bisa lebih parah.
“Ledakan tersebut melepaskan energi yang setara dengan sekitar 440 kiloton TNT, lebih dari 30 kali kekuatan bom Hiroshima, menghancurkan jendela, melukai ribuan orang dan menyebabkan kerusakan properti senilai jutaan dolar di Rusia,” kata Brian Babin, ketua Komite Ruang Angkasa, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi di DPR.
“Karena asteroid itu mendekat dari arah Matahari, asteroid itu tidak terdeteksi oleh teleskop di bumi dan tidak terlacak,” lanjut dia.
Meskipun NEO Surveyor masih belum bisa mendeteksi asteroid yang berpotensi berbahaya buat bumi, para pakar meyakini proyek ini dapat mendeteksi objek yang berada sangat dekat dengan Bumi.
“Ini akan membantu kita menemukan objek-objek tersebut, termasuk fraksi gelap dari populasi, yang menurut kami sekitar 35 hingga 40 persen dari populasi,” kata Amy Mainzer, peneliti utama misi NEO Surveyor dan seorang profesor di University of California, Los Angeles.
“Ini juga akan membantu kita mengukur ukuran, karena kita dapat dengan cepat mengubah fluks inframerah menjadi diameter segera setelah kita mendapatkan orbit dari Pusat Planet Minor. Itu adalah komponen yang sangat penting untuk energi tumbukan,” lanjut dia.
|
Tim peneliti sudah melacak orbit 38 ribu objek dekat Bumi, termasuk lebih dari 2,5 ribu objek berpotensi berbahaya.
“Kami melacak orbit 38.000 NEO yang saat ini diketahui, termasuk lebih dari dua setengah ribu NEO yang berpotensi berbahaya, dan tabrakan dengan salah satu dari mereka akan sangat menghancurkan,” Matthew Payne, direktur Minor Planet Center, mengatakan dalam audiensi tersebut.
Para peneliti juga mengungkap bahwa NEO Surveyor seharusnya meluncur pada tahun 2028. Sebetulnya, misi ini bisa meluncur lebih cepat, dengan asumsi bahwa NASA mendapatkan dana yang dibutuhkan.
Hantaman asteroid ke Bumi memang menjadi ancaman serius. Zaman dinosaurus berakhir 66 juta tahun lalu, ketika sebuah asteroid menghantam laut dangkal di lepas pantai yang sekarang dikenal sebagai Meksiko.
(dmi/dmi)