Gibran Murka Sopir Bus Pelaku Pelecehan Seksual Disanksi Ringan
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka geram karena Manajemen Batik Solo Trans (BST) hanya memberi sanksi skors tiga hari kepada sopir bus yang meminta foto kepada penumpang melalui WhatsApp.
Gibran menganggap sanksi yang diberikan seharusnya lebih berat karena telah membuat malu manajemen BST serta Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
“Sudah dapat sanksi. Tapi saya lihat sanksinya enggak tegas. Skorsing tiga hari. Memalukan. Saya yang malu,” kata Gibran dengan nada tinggi.
Menurut Gibran, perilaku sopir tersebut jelas sudah termasuk pelecehan seksual secara verbal, sehingga bisa dikenakan sanksi yang lebih berat.
Ia mengingatkan bahwa belakangan ini banyak kasus pelecehan seksual yang menjadi sorotan publik. Seharusnya, kata Gibran, Manajemen BST berkaca dari itu semua dengan menjatuhkan sanksi lebih tegas.
“Pecat wae (pecat saja). Ngapain diskorsing tiga hari. Langsung pecat saja,” tegasnya.
Kasus pelecehan di BST itu bermula dari keluhan yang diunggah akun @SoloMenfess melalui Twitter Senin (20/12) malam. Ada warganet mengaku dimintai nomor WhatsApp oleh sopir BST Koridor 2 dengan alasan untuk menginformasikan jadwal.
Namun, nomor tersebut justru dimanfaatkan sopir BST tersebut untuk meminta foto. Cuitan di akun @SoloMenfess lalu viral hingga mendapat respons langsung dari akun resmi milik Gibran.
Gibran pun mengapresiasi warga yang berani melaporkan peristiwa tersebut.
“Korbannya tidak hanya satu. Dan saya juga terima kasih ke warga yang sudah mau speak up. Nggak gampang lho speak up seperti itu,” katanya.
Ia juga mengimbau warga lain yang merasa menjadi korban tak segan melapor kepada Pemkot Solo. Ia menjamin Pemkot akan merespon dengan segera semua keluhan warga.
“Silakan kalau ada korban lain yang merasakan hal serupa, laporken saja. Kalau ada laporan, tindakannya juga cepet kok,” katanya.
Lebih lanjut, Gibran mengatakan Pemkot akan mengevaluasi manajemen BST mengingat banyaknya keluhan dari warga. Kebanyakan mengeluhkan sopir yang ugal-ugalan saat mengoperasikan bus.
“Harus kita evaluasi. Saya tahu tidak semua driver seperti itu. Kemarin juga ada yang viral karena membantu lansia. Tapi sing elek (jelek) ya akeh,” katanya.