Gus Ipul Sebut Yahya Staquf Seperti Gus Dur Muda



qu, Indonesia —

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul mengklaim Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf seperti mantan Ketum PBNU sekaligus Presiden ke-4 RI Abdurahman Wahid (Gus Dur) saat masih muda.

Ia berpendapat demikian karena Yahya diklaim sangat detail dalam menerjemahkan pemikiran Gus Dur. Klaim itu Ia utarakan di acara ‘Bedah Buku Menghidupkan Gus Dur, Catatan Kenangan Yahya Cholil Staquf’ yang disiarkan di kanal YouTube TV NU, Minggu (19/12).

“Gus Dur seakan hidup kembali karena Gus Yahya memang seperti Gus Dur muda,” kata Saifullah.

Saifullah mengatakan Yahya Staquf secara pribadi memang dekat dan identik dengan Gus Dur. Diketahui, Yahya Staquf sempat menjabat sebagai juru bicara kepresidenan saat Gus Dur memimpin negara ini sebagai presiden RI pada 1999-2001.

Meski tak sama persis, lanjut Saifullah, Yahya diklaim memiliki kemampuan untuk menerjemahkan pelbagai pemikiran Gus Dur.

“Buku ini memaparkan bagaimana Gus Yahya dengan detail menerjemahkan pemikiran Gus Dur,” kata Gus Ipul yang kini merupakan Wali Kota Pasuruan, Jawa Timur itu.

Menurut Saifullah, Yahya dinilai mampu membawa Gus Dur seakan hidup kembali. Ia mengklaim Yahya menjadi sedikit orang yang mampu menerjemahkan pemikiran-pemikiran Gus Dur selama ini.

“Dari sekian banyak kader Gus Dur. Gus Yahya yang bisa menerjemahkan pemikiran Gus Dur,” kata dia yang juga pernah menjadi Wakil Gubernur Jatim dua periode.

Diketahui, Yahya Staquf merupakan salah satu kandidat calon Ketua Umum PBNU pada Mutamar ke-34 di Lampung. Pengasuh pondok pesantren Roudlotut Tholibien, Rembang, itu mengklaim didukung mayoritas pengurus wilayah dan cabang NU di Indonesia untuk maju di Muktamar ke-34 di Lampung yang dipercepat jadi 22-23 Desember mendatang.

Selain Yahya Staquf, kandidat kuat calon ketum lain adalah petahana Said Aqil Siradj. Seperti halnya Staquf, kubu Said pun mengklaim mendapatkan dukungan dari pengurus wilayah dan cabang NU yang ingin programnya dilanjutkan.

Said sendiri mengaku akan memperjuangkan Presiden ke-4 RI, Abdurahman Wahid atau Gus Dur mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Hal itu ia ungkapkan dalam Malam Tasyakuran Anugerah Pahlawan Nasional Usmar Ismail bertajuk NU dan Jalan Kebudayaan yang disiarkan di kanal YouTube TV NU semalam (22/11) yang dikutip Selasa (23/11).

“Kita perjuangkan wabil khusus untuk almarhum Gus Dur mari kita perjuangkan agar beliau dapat gelar pahlawan nasional. Sangat layak, sangat layak,” kata Said.

Said mengatakan sudah sepatutnya bangsa Indonesia berterima kasih kepada Gus Dur. Ia mengatakan sudah banyak sumbangsih, perjuangan dan pemikiran Gus Dur dalam aspek demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) bagi Indonesia selama ini.

“Sebagai kampiun demokrasi, [memperjuangkan] hak asasi manusia selama 32 tahun ketika pemerintah otoriter dan tak demokratis,” kata dia.

Meski terbilang singkat atau sekitar 21 bulan Gus Dur menjabat sebagai presiden, namun kerap dinilai telah memberi tonggak penting dalam demokrasi dan mereformasi budaya korup yang ditinggalkan Orde Baru.

Beberapa warisan Gus Dur yang terkenal yakni membuka rekonsiliasi dengan warga Tionghoa ketika mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang larangan pelaksanaan ibadah Imlek di depan umum. Bahkan, di masa pemerintahan Gus Dur pula ABRI dan Polri akhirnya terpisah. Pemisahan ABRI (sekarang TNI), merupakan satu dari mandat reformasi karena lembaga itu dianggap masuk terlalu jauh ke ruang sipil.

Said da Yahya sejauh ini menjadi dua calon kandidat utama yang digadang bakal berhadapan di Muktamar NU. Proses muktamar ke-34 NU mendatang, seperti yang telah disepakati dalam Konbes Alim Ulama lalu, akan menggunakan metode voting dalam menentukan ketua umum untuk masa bakti selanjutnya.

(rzr/kid)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *