‘Hantu’ Kapal Riset China di Laut Natuna Utara
Natuna, Indonesia —
Fajar kaget melihat kapal berukuran besar berlayar di sekitar tempatnya mencari ikan, perairan Laut Natuna Utara, awal Oktober lalu. Nelayan Natuna ini jelas melihat bendera yang ia sering lihat di media sebagai bendera China berkibar di kapal besar tersebut.
Kapal itu menurut Fajar mirip kapal milik Singapura yang membantu dalam pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di Laut Bali, April lalu. Dalam pencarian itu, Singapura memang mengerahkan MV Swift Rescue untuk membantu Indonesia.
Namun, bedanya kapal yang dilihat Fajar di Natuna itu memiliki semacam tiang di geladak belakang.
Fajar tak tahu pasti jenis kapal besar yang berlayar dikawal Coast Guard China. Menurutnya, kapal itu terpantau berlayar perlahan dari satu lokasi ke lokasi lainnya di perairan Natuna.
“Dia (kapal China) jalan, jalan, jalan, kalau dia jalan melintas enggak apa kan, cuma dia enggak jalan melintas, udah tuh berhenti, dia muter, keliling,” ujar Fajar di Natuna usai melaut pertengahan Oktober lalu.
Fajar menyebut kapal penjaga pantai (Coast Guard) China tak pernah jauh dari kapal tersebut. Kapal ini terus mengarah mendekati daratan Pulau Natuna. Jarak lokasi kapal dengan pantai sekitar 80 mil laut.
Ia mengaku takut untuk mendekat ke kapal yang baru dirinya lihat itu. Menurutnya, ukuran kapal China itu juga terbilang besar. Kapal besar yang dilihat Fajar itu disinyalir merupakan kapal riset China Haiyang Dizhi 10.
“Nah ini benar, betul, kapal ini,” ujarnya ketika melihat foto kapal Haiyang Dizhi 10 yang Indonesia.com perlihatkan.
Fajar melaut ikut kapal milik rekannya. Wilayah tangkap kapal yang ia tumpangi ini berada dekat batas ZEE Indonesia. Sekali berlayar, kapalnya menyisir perairan utara Natuna sampai 10 hari lebih.
Henri, nelayan Natuna lainnya juga melihat kapal riset Tiongkok itu mondar-mandir di perairan Natuna. Menurutnya, kapal tersebut terpantau masuk ZEE Indonesia sejak akhir Agustus 2021.
Henri merupakan seorang tekong alias kapten kapal. Ia memiliki dua ABK. Ukuran kapalnya tak sampai 10 gross tonnage (GT).
|
Meski kapalnya tak besar, daya jelajah Henri bisa lebih dari 800 mil laut. Ia menyusuri wilayah timur perairan Natuna, terus naik ke utara, dan kembali lagi ke Pelabuhan Teluk Baruk.
Henri heran dengan aktivitas kapal riset China itu. Kapal tersebut mondar-mandir dari satu titik ke titik lain setiap pekannya. Pergerakan kapal seperti sedang mencari sesuatu. Kapal ini juga sesekali melego jangkar.
“Pas pertama kali jumpa, apa lah dia orang ini, mondar-mandir, ke tengah ke tepi, gitu aja,” katanya.
Henri masih melihat kapal riset itu sampai pekan kedua Oktober. Menurutnya, kapal riset China terlihat aman berlayar, berpindah dari satu titik ke titik lain di Laut Natuna.
Ia mengaku jarang melihat kapal-kapal TNI Angkatan Laut, Badan Keamanan Laut (Bakamla), maupun Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berpatroli sampai ke utara ZEE Indonesia.
Henri juga mengaku tak pernah dikawal saat mencari ikan. Kondisi ini berbeda dengan nelayan negara tetangga yang selalu dikawal kapal-kapal pemerintah masing-masing.
“Kalau gini kan agak sakit ya bang, sakitnya gimana? Kami memang bisa kerja, cuma sakit hati saja sama instansi terkait ini kan, mereka punya anggaran tapi enggak maksimal patroli,” ujarnya.
‘Kronologi Kapal Riset China di Laut Natuna’, ke halaman selanjutnya…
Kapal Riset China di Laut Natuna