Hiperkoagulopati, Gangguan Pembekuan Darah yang Dialami Pasien Covid
Jakarta, Indonesia —
Ketua Pokja Pinere Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Pompini Agustina Sitompul mengungkapkan sejumlah pasien terinfeksi covid-19 varian Omicron di Indonesia mengalami hiperkoagulopati atau gangguan pembekuan darah.
“Ada beberapa kasus confirm [Omicron] yang memiliki komorbid dan kita lihat juga memiliki tanda mulai muncul hiperkoagulopati, meskipun pasien ini merasa tanpa gejala. Itu yang harus kita tetap waspadai,” kata Pompini dalam acara daring, Kamis (30/12).
Apa sebenarnya hiperkoagulopati atau gangguan pembekuan darah ini?
Proses pembekuan darah terkait dengan trombosit dalam darah. Dalam kondisi normal, saat salah satu bagian tubuh terluka atau maka pendarahan yang terjadi akan cepat berhenti saat trombosit bekerja dengan normal. Proses pembentukan bekuan disebut koagulasi. Koagulasi normal penting selama cedera, karena membantu menghentikan luka akibat pendarahan dan memulai proses penyembuhan.
Namun, darah tidak boleh menggumpal saat baru saja mengalir ke seluruh tubuh. Jika darah cenderung menggumpal terlalu banyak, itu disebut sebagai keadaan hiperkoagulasi atau trombofilia.
Merujuk keterangan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) hiperkoagulopati adalah gangguan yang terjadi pada sistem koagulasi atau pembekuan darah yang dapat bermanifestasi sebagai bekuan darah atau trombus di vena, arteri atau menyeluruh secara sistemik.
Saat ini terjadi, pada kondisi yang agak parah akan membentuk sitokin yang bisa merangsang koagulopati dan trombosis sistemik. Koagulasi dan trombosis ini akan mengakibatkan Multi Organ Dysfunction (MOD) dan Multi Organ Failure (MOF).
Mengutip Cleveland Clinic, kondisi hiperkoagulasi ini bisa berbahaya, terutama kalau tak bisa diidentifikasi dan diobati dengan benar. Orang dengan kondisi hiperkoagulasi memiliki peningkatan risiko pembekuan darah yang berkembang di arteri (pembuluh darah yang membawa darah menjauh dari jantung) dan vena (pembuluh darah yang membawa darah ke jantung).
Gumpalan darah di vena atau sistem vena dapat berjalan melalui aliran darah dan menyebabkan deep vein thrombosis (bekuan darah di vena panggul, kaki, lengan, hati, usus atau ginjal) atau embolus paru (bekuan darah di paru-paru) .
Pembekuan darah di arteri dapat meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, sakit kaki yang parah, kesulitan berjalan, atau bahkan kehilangan anggota tubuh.
Penyebab hiperkoagulasi
Gangguan pembekuan darah atau hiperkoagulasi disebabkan oleh beberapa alasan, termasuk karena faktor genetik.
Selain itu ada faktor lain yaitu kondisi yang didapat biasanya merupakan akibat dari pembedahan, trauma, obat-obatan atau kondisi medis yang meningkatkan risiko keadaan hiperkoagulasi. Pasien kanker juga berisiko mengalami gangguan pembekuan darah atau hiperkoagulasi.
Selain itu, pasien covid-19 juga disebut bisa berisiko mengalami hiperkoagulasi. Sebelum varian omicron disebut bisa meningkatkan risiko hiperkoagulasi sekalipun pasien merasakan tak ada gejala, namun kondisi ini ternyata juga dialami oleh pasien virus corona dari varian lainnya.
Hiperkoagulopati dan covid-19