Ini 6 Tips untuk Mengatasi Jet Lag yang Menyebalkan



Jakarta, Indonesia

Penerbangan akan terasa sangat melelahkan bagi kebanyakan orang, apalagi untuk penerbangan jarak jauh. Rasa lelah ini kerap memberikan dampak berbeda, termasuk di antaranya jet lag.

Jet lag atau mabuk pascaterbang merupakan gejala fisik dan kognitif yang dialami seseorang saat bepergian dengan cepat melintasi beberapa zona waktu.

Kondisi ini terjadi karena tubuh Anda telah terbiasa dengan waktu lokal tempat asal. Begitu memasuki zona waktu baru, ritme tubuh tak lagi sejajar dengan waktu lokal.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada saat itu lah, gejala jet lag melanda. Kamu akan merasa ngantuk saat ingin terjaga dan terjaga saat ingin tidur. Kamu lapar pada dini hari dan mungkin merasa kembung atau mual jika makan pada siang hari.

Sampai tubuh berhasil menyesuaikan dengan zona waktu yang baru, kamu akan mengalami discombobulasi atau merasa kebingungan secara fisiologis dan mental. Akhirnya, yang terjadi adalah suasana liburan yang tidak menyenangkan.

Menariknya, pengalaman jet lag berbeda-beda pada setiap orang. Hal tersebut disebabkan kita semua mengikuti ritme internal kita sendiri, melansir Detik Travel.

Kebanyakan manusia memiliki siklus harian alami sekitar 24,2 jam. Jadi, jika kita tinggal di dalam gua dan tidak melihat cahaya apa pun, siklus tidur atau bangun dan ritme harian akan berlangsung selama 24,2 jam.

Para ahli berpendapat bahwa fenomena ini merupakan adaptasi evolusioner yang memungkinkan tubuh menyesuaikan diri dengan panjang hari yang berbeda sepanjang tahun.

Namun, beberapa orang memiliki siklus yang sedikit lebih lama daripada yang lain. Hal ini ditengarai menjadi salah satu penyebab orang mengalami jet lag.

Penelitian membuktikan bahwa jika manusia memiliki siklus yang lebih panjang, mereka mungkin akan menyesuaikan diri lebih cepat untuk perjalanan ke arah barat, seperti saat bepergian dari Australia ke Afrika Selatan.




Ilustrasi sayap pesawatIlustrasi. Jet lag kerap terjadi pada orang yang melakukan perjalanan lintas negara. (Ross Parmly via Unsplash)

Namun, belum diketahui pasti apakah orang yang memiliki siklus lebih pendek berlaku sebaliknya.

Kondisi akan lebih rentan seiring bertambahnya usia. Bukan tak mungkin kelompok lanjut usia (lansia) bakal mengalami gejala jet lag yang lebih buruk.

Jet lag dianggap lebih sebagai kondisi fisiologis dibandingkan kondisi psikologis. Hal tersebut terjadi karena ketidakcocokan antara waktu internal tubuh yang ditentukan di otak dan waktu lokal seseorang.

Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk mengatasi jet lag.

1. Putuskan apakah kamu perlu mencoba beradaptasi dengan waktu baru atau tidak. Jika hanya perjalanan singkat, tidak lebih dari 3 hari, kamu bisa tetap di rumah untuk menyesuaikan diri.

2. Jika mencoba mengubah jam tubuh (mekanisme pengaturan waktu dalam tubuh), sebaiknya lakukan mulai di pesawat. Atur jam tangan kamu menjadi zona waktu tujuan dan sesuaikan aktivitas.

3. Jaga agar asupan kafein dan alkohol tetap rendah selama perjalanan, karena penting untuk mendapatkan istirahat yang cukup dan terhindar dari dehidrasi. Hal ini akan membantu tubuh menyesuaikan diri dengan zona waktu yang baru.

4. Saat menyesuaikan diri dengan zona waktu baru, usahakan untuk tidur pada waktu malam setempat dan istirahat jika perlu pada waktu yang lain.

5. Ketidaknyamanan pada sistem pencernaan tubuh (gastrointestinal) adalah gejala jet lag. Jika kamu rentan atau mengalami masalah pencernaan saat bepergian, makan lah dalam porsi kecil dan hanya saat lapar.

6. Beraktivitas lah di luar pada pagi sampai siang hari, karena sinar matahari akan membantu menyesuaikan diri dengan zona waktu baru.

(aur/asr)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *