Jejak Militansi Jamaah Islamiyah di Indonesia
Jakarta, Indonesia —
Ledakan bom berbobot bahan peledak satu ton meletus beruntun di tiga kawasan Kuta, Bali pada 2002. Ledakan itu tak hanya mengguncang Bali, tapi juga menggetarkan dunia. Teror yang kemudian disebut Bom Bali 1 itu kemudian menjadikan Jamaah Islamiyah (JI) sebagai organisasi paling diingat dalam sejarah teror di Indonesia.
Bom Bali 1 menewaskan 202 orang dan lebih dari 300 orang lainnya luka-luka. Teror itu menjadi babak paling mengguncang dari serangkaian peledakan bom di berbagai lokasi yang mewarnai reputasi berdarah kelompok JI di Indonesia.
Keberadaan Jamaah Islamiyah merupakan kelanjutan dari Negara Islam Indonesia (NII) yang diproklamirkan Kartosuwiryo pada 1949 silam. Lewat milisinya bernama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), mereka berhasil mengganggu ketertiban Indonesia kala masih seumur jagung.
NII lalu diberangus. Pimpinannya, yakni Kartosuwiryo dieksekusi mati. Namun, ideologi untuk menciptakan negara Islam tak ikut terkubur di dalam tanah, tetapi dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
Ba’asyir – Abdullah Sungkar
Solahudin dalam bukunya yang berjudul NII Sampai JI (2011) menyebut Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir merupakan tokoh utama di balik Jamaah Islamiyah, organisasi yang bercita-cita mendirikan negara Islam.
Abdullah Sungkar dan Ba’asyir merupakan pendiri Pesantren Al Mukmin di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah. Sungkar maupun Baasyir adalah anggota NII sejak 1976 dan pernah tercatat sebagai pengurus Partai Masyumi Kudus.
Mereka menolak asas tunggal Pancasila. Dianggap berbahaya karena menghasut banyak pengikut. Termasuk menolak hormat kepada bendera Merah Putih. Walhasil, aparat menangkap Sungkar dan Ba’asyir pada 1983.
Pada 1985, dia divonis hukuman penjara 9 tahun. Saat kasus masuk tahap kasasi dan dikenai tahanan rumah, Ba’asyir serta Sungkar kabur ke Malaysia. Selama di negeri Jiran, mereka membuat forum yang salah satu tujuannya mengupayakan pendirian negara Islam di Indonesia.
Singkat cerita, Sungkar dan Baasyir tersambung dan bertemu langsung dengan Syaikh Abdullah Azzam, jihadis Afghanistan asal Palestina di Pakistan.
Setelah mendengar cerita Sungkar dan Baasyir yang ingin mendirikan negara Islam Indonesia, Azzam kemudian melobi Abdur Rabbi Rasul Sayyaf, pimpinan akademi militer Harby Pohantum Mujahidin Afghanistan Ittihad e Islamy.
Jalan kian terbuka. Abdur Rabbi Rasul Sayyaf mengizinkan orang-orang Indonesia dari jalur Sungkar dan Baasyir menimba ilmu militer di Harby Pohantum. Sebanyak 200 lebih kader NII berangkat ke Afghanistan sejak 1985 hingga Rusia hengkang.
Pembentukan Jamaah Islamiyah
Ketika ratusan anggota NII menempa pendidikan militer di Afghanistan, kelompok yang berada di dalam negeri kembali terkonsolidasi di bawah pimpinan Ajengan Masduki.
Namun, pada awal 1990-an Abdullah Sungkar berselisih paham dengan Masduki. Sungkar menilai praktik keagamaan Masduki yang mengikuti tarekat telah menyimpang.
Berlanjut ke halaman berikutnya…
Struktur dan Pembagian Daerah Juang