Jakarta, Indonesia —
Pertarungan sengit antara pesawat tempur Pakistan yang produksi China dan jet tempur Rafale India buatan Prancis menghadirkan ketegangan yang menyita perhatian dunia.
Di bidang militer, perhatian itu tertuju kepada jet tempur Pakistan yang diklaim menembak jatuh sejumlah pesawat tempur India, Rabu (14/5). Serangan itu dinilai menandai tonggak penting bagi jet tempur buatan China tersebut sekaligus mempermalukan militer India.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah ahli mengatakan penggunaan senjata canggih secara langsung itu akan dianalisis oleh militer di seluruh dunia, termasuk AS dan China. Terlebih, kedua negara sedang mempersiapkan diri menghadapi potensi konflik yang lebih luas.
“Komunitas peperangan udara di China, AS, dan sejumlah negara Eropa akan sangat tertarik untuk mencoba dan mendapatkan sebanyak mungkin fakta lapangan soal taktik, teknik, prosedur, apa saja yang digunakan, apa saja yang berhasil dan gagal,” ujar peneliti senior bidang kedirgantaraan Douglas Barrie dari Institut Internasional untuk Studi Strategis.
“Jika benar-benar digunakan, kita bisa melihat senjata paling canggih milik China melawan senjata paling canggih milik Barat,” lanjutnya, seperti diberitakan Japan Times.
Konflik di udara merupakan kesempatan langka bagi militer untuk mempelajari kinerja pilot, jet tempur, dan rudal dalam pertempuran aktif. Informasi ini akan sangat penting bagi militer masing-masing negara, terutama untuk persiapan pertempuran.
Tentang jet Chengdu J-10 dan rudal PL-15 China, baca di halaman berikutnya…
Pejabat AS yang bicara secara anonim mengatakan ada keyakinan tinggi bahwa Pakistan menggunakan pesawat J-10 buatan China untuk meluncurkan rudal air-to-air terhadap jet tempur India.
Pegiat militer juga menyoroti kinerja rudal air-to-air PL-15 milik China terhadap Meteor, rudal air-to-air berpemandu radar produksi grup Eropa MBDA. Namun, belum ada konfirmasi resmi mengenai penggunaan senjata ini.
Analis barat juga mengatakan rincian penting masih belum diketahui, termasuk penggunaan Meteor dan jenis serta jumlah pelatihan yang dilakukan pilot.
“Akan ada audit yang dilakukan untuk mengetahui mana yang berhasil dan mana yang gagal,” ungkap Byron Callan, pakar pertahanan AS.
“Jadi, saya benar-benar berharap pemasok Eropa untuk India, dan Pakistan serta China mungkin bisa menyampaikan umpan balik [tentang produknya],” lanjutnya.
Ketegangan India-Pakistan terjadi menyusul serangan kelompok militan di Kashmir pada 22 April yang menewaskan 26 turis, mayoritas asal India. India menuding Pakistan terlibat dalam serangan itu. Pakistan telah membantah dan mendorong penyelidikan terbuka.
India kemudian menggempur Pakistan pada Rabu (7/5) dini hari hingga menyebabkan 31 warga sipil tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Otoritas Pakistan menyebut India meluncurkan 26 serangan di enam titik dan mengerahkan 80 jet tempur.
Sebagai tanggapan, Pakistan menembak jatuh lima jet tempur India, beberapa di antaranya MiG-29 dan Su-30 buatan Rusia, serta tiga Rafale buatan Prancis.
Menurut Kementerian Pertahanan India, Pakistan berusaha menyerang sejumlah situs militer di India barat dan utara pada Rabu malam dan Kamis pagi. Oleh sebab itu, New Delhi menargetkan radar dan sistem pertahanan udara di sejumlah area Pakistan.