Jurnalis Kecam Aroganisme Diduga Polisi di Operasi SAR Gunung Saeng




Jakarta, Indonesia

Sejumlah jurnalis, baik foto maupun dari televisi, mengecam aroganisme diduga aparat polres setempat terhadap awak media peliput evakuasi jenazah pendaki di Gunung Saeng, Bondowoso, Jawa Timur.

Jenazah korban atas nama Fahrul Hidayatullah alias Baim (18) berhasil dievakuasi tim SAR gabungan pada Minggu (4/5).

Mengutip dari detikJatim,  di tengah proses evakuasi itu, seorang pria yang diduga dari Polres Bondowoso sempat melakukan ancaman pukulan dengan kayu kepada awak media yang melakukan peliputan.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan hanya awak media yang mengalami tindakan arogansi oknum tersebut. Seorang anggota Tim SAR juga tak luput dari sasaran, yakni didorong hingga jatuh terduduk dan pantatnya terantuk batu.





“Saya wartawan foto. Karena arogansi oknum tersebut, saya tak dapat foto-foto momentum proses evakuasinya,” gerutu fotografer LKBN Antara, Badrus Yudosuseno.

Akibat aksi arogan oknum polisi yang melarang awak media untuk mengambil video maupun gambar tersebut, para wartawan mengeluh karena tak banyak foto atau video yang diperoleh sebagai bahan peliputan.

Senada disampaikan Tomy Iskandar, kontributor SCTV/Indosiar. Ia mengaku juga mendapat tindakan serupa, yakni tak boleh mengambil video.

“Padahal saya sudah sampaikan kalau wartawan. Malah dengan membentak dia bilang tidak ngurus walau media,” kata Tomy.

Menurutnya, tindakan arogansi oknum polisi itu jelas melanggar pasal 18 ayat (1) UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers yaitu dengan sengaja menghalangi tugas wartawan.

“Semoga tindakan arogansi semacam itu mendapat perhatian dari institusi kepolisian. Agar kita sebagai mitra komunikasi yang baik antara media dengan aparat tetap terjalin,” ujar Tomy yang juga dikenal sebagai Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) wilayah tapal kuda tersebut.

Saat berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari kepolisian maupun komando tim SAR gabungan terkait insiden dugaan aroganisme aparat tersebut.

Sebelumnya, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi jenazah pendaki asal Jember, Fahrul Hidayatullah alias Baim (18), yang jatuh di jurang Gunung Saeng. Proses evakuasi itu terbilang dramatis karena medan yang sulit–terjal dan berisiko tinggi. Proses evakuasi berlangsung sekitar 12 jam.

“Alhamdulillah, perjuangan panjang ini akhirnya tuntas, setelah jenazah korban dapat dievakuasi turun,” ungkap Komandan Tim Basarnas Surabaya, Nur Hadi di lokasi, Minggu (4/5).

Korban dilaporkan terjatuh ke jurang sekitar 150 meter pada Kamis (1/5) lalu. Tubuh korban baru diidentifikasi lokasinya oleh tim SAR sehari kemudian, Jumat (2/5).

Nur Hadi mengatakan medan di Gunung Saeng tersebut memang sangat ekstrem. Sehingga proses evakuasi jenazah survivor memerlukan teknik dan peralatan tersendiri.

“Jenazah sempat tertahan selama 4 hari di titik ditemukan. Karena sulitnya medan. Pun beberapa kendala lain, di antaranya cuaca yang sering berubah,” ujar Nur Hadi.

Pada akhir pekan lalu, proses evakuasi dimulai sejak sekitar pukul 05.00 WIB. Pergerakan tim langsung dikomandani pihak Basarnas.

Setelah melakukan asesmen selama beberapa saat, tim SAR lantas bergerak untuk turun ke titik jenazah yang tertahan di lokasi selama 4 hari tersebut. Petugas SAR yang turun ke dasar kemudian memasukkan jasad korban ke kantong jenazah. Selanjutnya diangkat bibir atau punggungan menggunakan metode tactical ascender.

Jenazah baru sampai perkampungan, yakni Desa Sumber Waru, Binakal sekitar pukul 17.00 kemudian langsung dimasukkan ke mobil ambulans untuk dievakuasi ke RS Bhayangkara Bondowoso.

Baca berita lengkapnya di sini.

(kid/wis)


[Gambas:Video ]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *