Kalau Khabib Masuk Gym di Dagestan, Semua Orang Diam
Jakarta, Indonesia —
Pelatih MMA asal Rusia, Michael Lyubimov, mengungkap rasa hormat luar biasa yang diberikan kepada Khabib Nurmagomedov dan ayahnya, Abdulmanap, di Dagestan.
Lyubimov adalah salah satu pelatih MMA ternama. Dia pernah bekerja sama dengan banyak petarung asal Dagestan, termasuk Khabib Nurmagomedov.
Saat ini Lyubimov menjalani Jackson Wink MMA Academy di New Mexico, Amerika Serikat. Pria yang lahir di Moskow itu meninggalkan Rusia untuk berkarier di AS sejak muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lyubimov mengatakan banyak petarung muda yang berupaya bisa masuk gym yang dimiliki Abdulmanap di Dagestan. Mereka berharap bisa dilatih Abdulmanap dan Khabib, hingga meraih sukses di ajang MMA Eropa atau Amerika Serikat.
“Di Dagestan, sasana-sasana didanai pemerintah atau bersifat rekreasi, tempat orang-orang dapat datang. Sebagian besarnya gratis, sampai batas tertentu. Sampai mereka mencapai tingkat yang lebih tinggi, di mana mereka mulai membayar pelatih dan mereka berada di tingkat yang lebih tinggi, tingkat profesional,” kata Lyubimov kepada .
Lyubimov mengatakan gym yang dimiliki Abdulmanap merupakan salah satu gym yang gratis di Dagestan. Lyubimov mengatakan Khabib berserta keluarga memiliki aura yang luar biasa.
Khabib dan mendiang Abdulmanap benar-benar dihormati di Dagestan. Bahkan ketika dua sosok itu memasuki gym saat latihan, tidak ada satupun orang yang berbicara.
“Namun di level awal, sebagian besar gym gratis. Itulah sebabnya jika Anda melihat Khabib saat ia masuk ke ruangan, atau saat Abdulmanap masuk ke ruangan, semua petarung berdiri, berbaris, membungkuk, diam, tidak berbicara, selalu tepat waktu, tidak membantah orang yang lebih tua. Mereka sangat menghormatinya,” ucap Lyubimov.
Lebih lanjut Lyubimov mengatakan banyak anak-anak muda di Dagestan yang terinspirasi sukses petarung seperti Khabib dan Islam Makhachev. Banyak anak muda di Dagestan memiliki karier sebagai petarung MMA untuk meningkat dejarat sosial keluarga mereka.
“Di tempat asal mereka, sama sekali tidak ada apa-apa. Sepanjang hidup saya, saya membawa sepotong roti di ransel. Terkadang saya tidak bisa datang karena jaraknya sangat jauh, jadi kami bertarung di jalan dan berlatih di trotoar.”
“Kami tinggal di pegunungan antah berantah. Anda melihat ke satu arah dan tidak ada apa-apa di sana, Anda melihat ke arah lain, dan tidak ada apa-apa di sana. Yang tersisa bagi kami hanyalah bertarung,” kata Lyubimov.
(har)