Kantor Paspor Kabul Tutup, Warga Diminta Sabar dan Tak Berkerumun



Jakarta, Indonesia —

Kepala Kantor Paspor Kabul, Alam Gul Haqqani, meminta ribuan warga Afghanistan bersabar dan tidak terus berkerumun menunggu pencetakan paspor.

Hingga kini masih banyak warga mengurus paspor sebagai syarat meninggalkan negara itu di tengah keinginan melarikan diri.

Kerumunan terus terjadi di pusat penerbitan kantor Afghanistan sebulan usai kantor tersebut menghentikan operasi.

“Kami telah melakukan yang terbaik untuk membuka kembali kantor, tetapi kami menghadapi beberapa kekurangan peralatan,” kata Haqqani kepada Reuters, Minggu (12/12).

Ia meyakinkan masyarakat bahwa kantor akan dibuka kembali dan pihaknya berusaha memenuhi semua pengajuan.

“Saya meyakinkan masyarakat bahwa tidak ada yang akan meninggalkan kantor kami dengan alasan apa pun untuk marah.”

November lalu, kantor terpaksa tutup lantaran peralatan yang digunakan untuk menerbitkan dokumen biometrik rusak menghadapi tekanan pemrosesan ribuan pengajuan dalam sehari.

“Kantor tutup, sistem kami tidak beroperasi,” ucap dia.

Meski sudah ditutup berminggu-minggu, ratusan orang masih berkumpul di luar kompleks sembari membawa dokumen. Namun, mereka dipukul mundur oleh pasukan keamanan Taliban.

Haqqani mengimbau masyarakat agar menjauh sampai kantor beroperasi kembali.

“Saya sangat menyesal, kesal karena orang-orang menghadapi kesulitan. Mereka membuang-buang uang dan berdiri di sini secara sia-sia,” ucapnya Haqqani.

Selain masalah peralatan, Haqqani mengatakan para pejabat sedang bekerja untuk memberantas korupsi dan membasmi ‘Commissionkar’ atau calo yang menjanjikan percepatan dokumen dengan biaya tertentu.

“Kami telah menangkap para penerima suap, dari dalam dan luar kantor,” katanya.

“Kami akan menggunakan cara apa pun yang memungkinkan untuk membersihkan negara dari para penerima suap di mana-mana.”

Sementara itu, sejumlah kantor paspor provinsi masih beroperasi. Biasanya, petugas di Kabul memproses sekitar 2.000-3.000 paspor dari setiap hari, katanya.

Sayangnya, sejauh ini belum ada kejelasan kapan kantor Kabul akan dibuka kembali.

Afghanistan tengah menghadapi krisis kemanusiaan dan ekonomi usai Taliban berhasil mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus lalu.

Tak lama setelah itu, Kabul kalang kabut. Ribuan warga berhamburan dan ingin melarikan diri dari Afghanistan. Bantuan evakuasi pun dikerahkan oleh sejumlah negara.

Kini, kelaparan dan kemiskinan bahkan disebut-sebut menjadi ancaman baru negara itu. Tak hanya itu, mereka juga menghadapi keamanan yang morat-marit dengan adanya ledakan bom yang berulang kali terjadi.

(isa/bac)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *