Kata Dokter soal Virus Corona Menyerang Pencernaan
Belakangan ramai dibicarakan kemungkinan virus corona menyerang pencernaan di masa mendatang. Hal ini dikemukakan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Wasito saat webinar bersama Departemen Patologi FKH UGM.
“Sekarang ini lewat pernapasan. Namun bisa saja nantinya lewat tinja karena mengalami diare. Saya sudah menduga lama,” kata Wasito seperti dikutip dari laman UGM.
Menanggapi hal ini, dokter spesialis penyakit dalam di RSCM, Eric Daniel Tenda menjelaskan bahwa virus corona sudah menyerang pencernaan. Hal ini terlihat dari sejumlah pasien yang melaporkan gejala berupa diare saaat terinfeksi Covid-19.
Menurut Eric, hal ini tidak aneh karena reseptor ACE 2 yang menangkap virus corona juga terdapat pada organ pencernaan.
Reseptor ACE 2 (angiotensin converting enzyme 2) merupakan protein yang terdapat pada permukaan sel-sel tubuh manusia misalnya jantung, usus, paru-paru dan organ lain. Reseptor ACE 2 paling banyak terdapat di saluran pernapasan. Virus corona bisa menginfeksi sel dengan cara berikatan dengan reseptor ACE 2.
“Sebenarnya virus corona ini ketika masuk tubuh kita, dia akan mencari ‘temannya’. ‘Teman’ yang dimaksud adalah reseptor namanya ACE2. Itu tidak hanya di paru-paru, tapi ada juga di saluran cerna, organ-organ lain. Makanya kemudian yang varian Delta kemarin, ada yang diare karena ada ‘temannya’ di situ,” kata Eric saat dihubungi Indonesia.com via telepon, Kamis (2/12).
Tidak mengherankan jika gejala Covid-19 bisa begitu beragam sebab tergantung reseptor mana yang berikatan dengan virus.
“Jadi kalau di kemudian hari ada gejala diare, ya masuk akal banget karena ACE 2 receptor bisa ada di situ,” imbuhnya.
Reseptor sendiri dirilis tubuh secara alami. Namun, lanjut dia, yang terpenting bukan soal mengontrol reseptor, tetapi bagaimana caranya agar manusia tidak tertular Covid-19. Terlebih kondisi per orang sangat unik.
Selama ini orang dengan komorbid berpeluang mengalami gejala Covid-19 lebih berat dari non-komorbid. Namun, tidak menutup kemungkinan mereka yang non-komorbid juga mengalami gejala berat. Eric menyebut ini juga berkaitan dengan kondisi daya tubuh seseorang.
Sementara itu Eric mendorong masyarakat untuk tidak kendor menerapkan protokol kesehatan seperti mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
“Masker yang paling baik, double mask. Pakai surgical mask lalu didobel dengan masker kain. Kalau didobel, itu bisa sampai 65,6 persen di studi (mengenai filtrasinya),” ujarnya.
(els/ptj)