Keluarga Korban Kecewa Arema kembali ke Kanjuruhan: Belum Seribu Hari




Malang, Indonesia

Salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Devi Athok Yulfitri (45) mengaku kecewa Arema FC kembali berlaga di Stadion Kanjuruhan, Kamis (8/5). Padahal tempat itu dianggapnya sebagai TKP pembunuhan dua anaknya.

Devi kecewa mengapa Arema kembali menggelar laga di Kanjuruhan, padahal kematian dua anaknya, bersama total 135 korban, belum mencapai 1.000 hari lalu.

“Ini aja belum seribu hari, ya ini menyakiti perasaan keluarga dan orang-orang yang ditinggalkan saudara-saudaranya, ya sangat kecewa,” kata Devi, kepada Indonesia.com.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan terbata dan suara berat, Devi menyebut penggunaan Stadion Kanjuruhan kembali menjadi home base Arema FC adalah hal yang dipaksakan.

“Buat saya, ini dipaksakan, padahal kasus belum tuntas dan hak korban belum diberikan,” ucapnya.

Beberapa waktu lalu, keluarga dari 71 korban meninggal dan korban luka Tragedi Kanjuruhan menuntut agar pihak-pihak yang dihukum dalam kasus ini, membayar restitusi dengan total Rp17.2 miliar.

Lima termohon restitusi ini sendiri adalah lima terpidana Tragedi Kanjuruhan, yakni Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris, Security Officer pertandingan Arema FC vs Persebaya Suko Sutrisno, Eks Danki 1 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, Mantan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi dan Eks Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto.

Namun tuntutan mereka ditolak Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya yang terdiri dari Nur Kholis, Khadwanto dan I ketut Kimiarsa.

Majelis hakim hanya mengabulkan restitusi dengan jumlah yang jauh dari tuntutan mereka yakni menjadi hanya Rp1,02 miliar. Keluarga korban pun sedang menempuh banding dengan didampingi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Devi menyebut, ia kecewa mengapa manajemen Arema FC juga tak mengajak Yayasan Keadilan Tragedi Kanjuruhan (YKTK) untuk berbicara sebelum laga berlangsung.

“Kok sampai mereka mau main [di Kanjuruhan] tidak ada omongan, terus ujug-ujug (tiba-tiba) mau main tidak omongan sama sekali baik kepada saya maupun kepada keluarga korban,” ucapnya.

Ia menyayangkan mengapa manajemen Arema FC baru membuka komunikasi dengan para keluarga korban mendekati hari H pertandingan. Padahal ia berharap hal itu terjalin sejak lama.

“Loh kok kalau ada mau dipaksakan ada pertandingan baru menemui kami, padahal dari dulu kami kepengin ngobrol, kepengin sharing gimana ini prosesnya supaya bisa sedikit mengobati luka,” ucapnya.

Tapi Devi mengatakan, ia dan para keluarga korban lainnya mengaku tak bisa berbuat apapun. Mereka pasrah dan hanya berharap masih ada sisa keadilan bagi pihaknya.

“Kami menolak. Tapi dengan kapasitas kami ya nggak punya kekuatan. Karena mereka [manajemen Arema FC] dengan pihak kepolisian, pemerintahan, sementara kami ya mau gimana lagi, kami rakyat biasa,” ucap Devi Athok.

Laga Arema FC vs Arema All Stars, Kamis (8/5) sore menjadi momentum kembalinya Singo Edan berkandang di Stadion Kanjuruhan. Setelah hampir tiga tahun lamanya stadion ini tak beroperasi dan direnovasi.

Sebanyak 2.000 tiket disediakan panitia, dengan harga Rp25 ribu untuk tribune ekonomi dan Rp 50 ribu untuk tribune VIP. Seluruh hasil penjualan akan disumbangkan kepada keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.

[Gambas:Video ]

(frd/ptr)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *