Kematian Siswa SD di Jombang Tak Terkait Vaksin



Jakarta, Indonesia —

Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) menyatakan hasil investigasi dan analisis kasus kematian siswa SD di Jombang, Jawa Timur yang meninggal tak sampai 24 jam pascamenerima vaksinasi Covid-19 merek Pfizer, tidak terkait vaksin Covid-19.

Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari menyebut pihaknya telah menerima laporan dari Komisi Daerah KIPI Jombang terkait kronologis dan laporan vaksinator serta penyelidikan klinis kasus ini. Hasilnya, menurutnya belum ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa kematian siswa tersebut terkait pemberian vaksin.

“Memang sulit menyimpulkan pasti meninggalnya yang bersangkutan. Namun kami beranggapan saat ini bukti yang ada, tidak terkait vaksinasi,” kata Hindra saat dikonfirmasi Indonesia.com, Kamis (30/12).

Hindra lantas menjelaskan kronologi meninggalnya siswa SDN Gedangan, Muhammad Bayu Setiawan (12) tersebut. Bayu mestinya dijadwalkan mengikuti vaksinasi pada Kamis (23/12). Namun rencana itu harus ditunda lantaran Bayu baru saja dikhitan pada Minggu (19/12).

Kemudian Bayu menjalani vaksinasi Covid-19 bersama 18 temannya di sekolah pada Senin (27/12) lalu. Hindra menyebut, belasan anak lainnya itu dilaporkan sehat sampai saat ini dan tidak mengalami KIPI berarti.

Sementara Bayu, tak sampai sehari pascavaksinasi dosis pertama, dia tiba-tiba mengalami demam dan muntah-muntah.

Bayu pun dilarikan ke Puskesmas Mayangan, Jogoroto, Jombang, Selasa (28/12) dini hari atau tengah malam. Pagi harinya sekitar pukul 05.00 WIB, petugas medis di puskesmas tersebut menyatakan bocah berusia 12 tahun itu meninggal dunia.

Hindra menerangkan gejala-gejala yang dialami Bayu seperti demam dan muntah-muntah tidak didukung hasil pemeriksaan lanjutan seperti CT-Scan. Ia menduga bisa saja kondisi itu terjadi akibat pecahnya pembuluh darah, namun pihaknya belum bisa memastikan.

“Dan tidak ada kaitan antara kematian dia dengan obat khitan. Obat yang dimakan juga aman, tidak ada yang berbahaya. Dalam keadaan sehat menurut keterangan keluarga, tidak ada kontraindikasi, sehingga sulit menyimpulkan,” jelas Hindra.

Dalam kasus ini, orang tua Bayu disebut sempat meminta pertanggungjawaban kepada pihak Puskesmas Mojowarno. Namun setelah diberi penjelasan bahwa vaksinasi yang dilakukan sudah sesuai prosedur, pihak keluarga Bayu akhirnya ikhlas menerima takdir yang menimpa putranya.

Hindra berpesan kepada seluruh masyarakat agar segera melaporkan dan membawa anak atau kerabat ke fasilitas kesehatan terdekat apabila merasakan efek samping pascavaksinasi. Upaya itu perlu dilakukan agar efek samping dan gejala klinis yang dialami warga bisa segera tertolong dan diketahui penyebabnya.

“Dan dari kami kalau memang dari keluarga dinginkan autopsi tentunya akan kami lakukan,” ujar Hindra.

(khr/kid)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *