Kemenko PMK Nilai Edukasi Penting Cegah Stunting di Masa Pandemi



Jakarta, Indonesia —

Selama pandemi yang telah berlangsung sejak 2020 lalu, pemerintah menghadapi banyak tantangan. Salah satunya penanggulangan stunting (pertumbuhan anak terhambat disebabkan kurang gizi).

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Agus Suprapto menjelaskan, bahwa secara teoritis, pandemi dinilai berpengaruh terhadap peningkatan angka stunting di Indonesia.

Salah satu faktor utamanya adalah akses terhadap makanan bergizi, sanitasi, maupun air bersih, yang dialami keluarga berpenghasilan rendah maupun kehilangan pendapatan selama pandemi.

“Kita perlu melihat hasil survei yang terbaru dulu,” ujar Agus dalam Dialog Produktif dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, Selasa (30/11).

Penurunan stunting tentu bukan hanya menjadi tanggung jawab satu instansi, melainkan butuh kerja sama multipihak, terlebih di tengah pandemi.

Untuk menyokong kesejahteraan masyarakat dan memastikan ketersediaan pangan bagi kelompok rentan secara penghasilan, Agus menjelaskan pemerintah telah menyalurkan bantuan sosial termasuk sembako bagi masyarakat membutuhkan.

Sementara target pemerintah untuk menurunkan angka stunting, Agus menjelaskan tidak berubah, yakni terjadi penurunan hingga 14 persen pada 2024.

Maka itu edukasi terhadap masyarakat menjadi penting untuk mencegah stunting. Diharapkan pula edukasi tidak hanya berfokus pada bayi atau anak, melainkan juga pada kelompok risiko, yaitu remaja anemia, calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, anak yang baru lahir.

“Untuk mencapai target 14 persen, orientasi edukasi kita harus ke hulu lagi,” tegasnya.

Agus juga menekankan bahwa edukasi di bidang gizi sangat dipengaruhi kebudayaan setempat. Dia menyarankan edukasi itu dilakukan warga setempat biar lebih efektif.

“Karena itu, edukasi sebaiknya dilakukan oleh warga setempat,” tuturnya.

Sementara pendampingan dan pendekatan dengan ibu hamil dianjurkan dilakukan orang per orang, karena setiap individu memiliki keunikan dan permasalahannya masing-masing.

Terkait dampak pandemi terhadap stunting, Plt. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Kartini Rustandi menyoroti kekhawatiran masyarakat untuk mengunjungi Puskesmas semasa pandemi.

Meski dalam situasi pandemi, Kartini mengatakan beberapa upaya tetap dapat dilaksanakan guna memastikan anak bertumbuh dengan sehat. Di antaranya, mempersiapkan dan memantau pertumbuhan serta perkembangan anak dengan baik, melalui Posyandu dengan disertai prokes.

“Di daerah-daerah tertentu para kader dan tenaga kesehatan juga datang dari rumah ke rumah,” imbuh Kartini.

Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi, bisa dilakukan telekonseling, agar nakes tetap aman namun kesehatan anak-anak juga terpantau. Kemudian, ibu hamil juga dapat datang ke Puskesmas dengan perjanjian dan mengedepankan prokes.

Kepada ibu hamil, Kartini memberikan beberapa saran agar bayi terlahir sehat. Di antaranya, pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjaga kesehatan, asupan makanan yang baik, juga menjaga lingkungan agar tetap sehat, termasuk bebas dari asap rokok.

Ia menjelaskan banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting, bukan hanya pada asupan makanan, melainkan juga pola asuh, pola makan, budaya setempat. Sebagai contoh, pemahaman lokal yang salah seperti makan ikan bisa mengganggu kesehatan. Hoaks yang demikian dapat berdampak pada asupan gizi anak atau ibu hamil.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, M. Adib Khumaidi juga menegaskan pentingnya edukasi sebagai bagian dari upaya preventif promotif dalam hal kesehatan, termasuk mencegah stunting.

“Problematika utama mengatasi kesehatan adalah dengan upaya preventif promotif, bukan upaya kuratif,” ujarnya.

(osc)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *