Jakarta, Indonesia —
Kecaman dunia internasional terhadap Israel atas serangan membabi buta ke Gaza tidak membuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gentar.
Bahkan, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat penangkapan kepadanya karena dituding melakukan genosida. Padahal dunia internasional sudah berkali-kali mendorong solusi dua negara (Israel dan Palestina) untuk mendamaikan kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukannya melunak, Netanyahu malah menggandakan dosis perang. Dia pun menyerang Iran sehingga menimbulkan ketegangan baru. Kali ini juga tidak ada tanda-tanda Netanyahu bakal mengendurkan tensi.
Tak mau akui Palestina dan gila perang
Tak pernah terpikir oleh Netanyahu untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka berdampingan dengan Israel.
Bahkan, dia dikenal sebagai sosok yang menolak perjanjian Oslo yang digagas PM Yitzak Rabin dan Yasser Arafat pada 1995. Perjanjian Oslo adalah kesepakatan kedua negara untuk mengakhiri konflik dan langkah awal mengakui negara Palestina.
Dikutip dari New York Times pada 2024 silam, dia dengan terus terang mengatakan kebanggaannya menolak negara Palestina.
“Kegigihan saya itulah yang selama bertahun-tahun telah mencegah berdirinya negara Palestina yang akan menjadi bahaya eksistensial bagi Israel,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan dalam bahasa Ibrani.
Dia melanjutkan, “selama saya menjadi perdana menteri, saya akan terus bersikeras pada hal ini.”
Dari mana ‘hobi perang’ Netanyahu? Bersambung ke halaman berikutnya…
Sikap kerasnya pada penolakan pendirian negara Palestina dan kesukaannya pada perang, bisa dilacak pada masa kecil dan remaja. Netanyahu adalah satu-satunya PM Israel yang lahir di tanah Zionis itu. Dia menghabiskan masa kecilnya di Israel sebelum pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat.
Namun pada 1967, dia bergabung dengan angkatan udara Israel dan menjabat sebagai komandan elite. Dan pada perang Yon Kippur pada 1973, dia ikut sebagai kombatan di medan tempur melawan Libya, Suriah dan Mesir.
Setelah tidak berdinas di militer, dia ditugaskan sebagai duta besar Israel untuk PBB (1984-1988). Netanyahu juga pernah terpilih sebagai PM pada 1996-1999 dari Partai Likud. Partai Likud adalah partai konservatif dan nasionalis garis keras Israel. Mereka terdiri dari penganut ideologi Zionis terutama dari Yahudi Rusia.
Mengutip Britannica, saat didirikan pada tahun 1973, Partai Likud didominasi oleh blok Gahal yang terdiri dari Partai Herut (Kebebasan) dan Partai Liberal (Miflaget ha-Liberali). Herut berakar pada Zionisme Revisionis Vladimir Jabotinsky , yang populer khususnya di kalangan Yahudi Rusia pada tahun 1920-an dan 30-an.
Kelompok Herut yang resmi dibentuk pada tahun 1948, pernah dituding oleh Inggris sebagai teroris.
Pada awal abad ke-21, partai tersebut mengadopsi kebijakan yang menentang pembentukan negara Palestina dalam kondisi apa pun. Tidak heran bila sikap terhadap perjanjian Oslo yang menekankan perdamaian, mereka tolak.
Saat terpilih kembali menjadi PM pada 2022, Netanyahu juga ketua Partai Likud. Dia memenangkan pemilu dan berkoalisi dengan partai-partai garis keras seperti Partai Zionis Religius dan Partai Kekuatan Yahudi, yang sama-sama tidak mau mengakui kemerdekaan Palestina.
Kala itu sudah banyak yang meramalkan bahwa di bawah Netanyahu, Israel akan semakin brutal terutama kepada Palestina.
Tidak heran, latarbelakang masa muda, pengalaman bertempur serta karier politik telah membawa Netanyahu sebagi PM yang haus darah dan enggan mengakui Palestina sebagai negara merdeka.