Keong Raksasa Seukuran Manusia Pernah Hidup di Lautan


Jakarta, Indonesia —

Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa 80 juta tahun yang lalu ada makhluk laut seukuran manusia dengan lengan seperti tentakel dan cangkang melingkar selebar 1,8 meter meluncur di Samudera Atlantik.

Makhluk tersebut dikenal sebagai amon atau mirip dengan keong terbesar di dunia. Sekelompok cephalopoda bercangkang yang telah punah sekitar 66 juta tahun yang lalu.

Sebelumnya, fosil keong terbesar yang pernah ditemukan adalah milik spesies Parapuzosia seppenradensis. Dari fosilnya yang ditemukan di Jerman pada tahun 1895, diketahui bahwa hewan itu memiliki cangkang raksasa berukuran 1,7 meter.

Beberapa fosil amon dengan ukuran yang sama telah ditemukan hingga saat ini, yang meninggalkan pertanyaan besar tentang bagaimana dan kapan Parapuzosia seppenradensis berevolusi menjadi ukuran yang menakjubkan tersebut.

Sebuah studi baru yang diterbitkan Rabu (10/11) di Jurnal PLOS One, para peneliti mengisi sejarah evolusi cephalopoda masif dengan memeriksa 154 fosil amon, termasuk beberapa spesimen bersejarah dan lebih dari 100 fosil baru yang dikumpulkan dari Inggris dan Meksiko.

Berdasarkan analisis tersebut, para peneliti menemukan bahwa Parapuzosia seppenradensis muncul dari kedua sisi Samudra Atlantik sekitar 80 juta tahun yang lalu.

Kemungkinan makhluk tersebut berevolusi dari spesies yang lebih kecil dan terkait yang disebut Parapuzosia leptophylla, yang tumbuh hanya selebar 1 meter.

“Kami memiliki fosil yang terkenal di dunia ini di Jerman, dan sekarang kami dapat menceritakan kisahnya,” kata Christina Ifrim, Peneliti dari Bavarian Natural History Collections sekaligus kepala sains di Jura-Museum, museum sejarah alam di Eichstätt, Jerman di lansir Live Science.

Untuk mengumpulkan sejarah keong raksasa yang terkenal itu, tim melakukan perjalanan ke lokasi sekitar 40 kilometer ke Utara Piedras Negras di Meksiko utara.




Johanna Nordblad, 42, Finnish freediver swims under ice during a Ice-freediving training session on February 28, 2017, in Somero (southwest Finland). - The ice is about 45cm thick, water temperature +1C. Johanna Nordblad holds the world record of freediving under ice with bathing suit with 50m distance. (Photo by OLIVIER MORIN / AFP) / TO GO WITH AFP STORY BY Sabine COLPARTIlustrasi dasar laut (Foto: AFP/OLIVIER MORIN)

Di dasar sungai yang luas dan kering, mereka mencari melalui lapisan kapur, batu kapur, lumpur dan tanah liat untuk menemukan 66 spesimen Parapuzosia, termasuk seppenradensis raksasa dan leptophylla yang lebih kecil.

Fosil berukuran antara 0,1 meter hingga 1,48 meter mewakili tahapan yang berbeda dalam siklus pertumbuhan amon atau keong. Hasil penemuan tersebut sekarang dipamerkan di Museum Sejarah Alam di Münster, Jerman.

“Spesimen kecil tidak terlihat seperti versi kecil dari amon raksasa ini. Tapi mereka berubah selama pertumbuhan,” ucap Ifrim soal hasil temuannya.

Hanya saja, dari situ tim sulit mempelajari tahapan pertumbuhan dari masa lalu karena kelangkaan spesimen.

“Padahal, dengan lebih banyak spesimen di tangan, tim dapat melihat bagaimana seppenradensis dan leptophylla masing-masing mengikuti siklus pertumbuhan lima tahap yang berbeda, di mana cangkang mereka tumbuh dengan mantap dan morfologinya berubah,” imbuhnya.

Dari hasil penelitian di berbagai spesimen Parapuzosia, tim juga menentukan tanggal lapisan sedimen dari tempat spesimen muncul. Mereka menemukan bahwa sampel P. leptophylla berasal dari zaman Santonian akhir 86,3 juta hingga 83,6 juta tahun yang lalu.

Sebagai perbandingan, P. seppenradensis muncul di sedimen yang lebih muda, kemudian muncul di Santonian dan di awal periode waktu berikutnya, yakni Campanian pada 83,6 juta hingga 72,1 juta tahun lalu.

Spesimen tertua dari spesimen ini hanya mencapai lebar 1,8 meter seperti P. leptophylla, tetapi pada pertengahan Campanian awal, amon dengan ukuran yang lebih hebat muncul dalam catatan fosil.

Pada waktu yang sama, tim juga menemukan bahwa amon dengan ketebalan yang sebanding juga dapat ditemukan di seberang Atlantik.

“Kami tidak menyangka akan menemukan (P.) seppenradensis dan nenek moyang ini di sisi lain Atlantik ketika kami memulai penelitian,” sebut Ifrim.

Di Inggris, tim menemukan lusinan spesimen amon raksasa di dasar tebing kapur putih di Sussex dan lebih banyak lagi di dekat tebing kapur di Kent timur.

“Raksasa ini tampaknya muncul pada waktu yang kurang lebih sama dengan di kedua sisi Atlantik. Pasti ada hubungan antara populasi kedua belah pihakm karena mereka menunjukkan eolusi yang sama di waktu yang sama,” kata Ifrim usai menganalisis dan memperhatikan sampel yang ditemukannya.

(ttf)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *