Kisah Nenek di Papua Minta Rumah ke Risma Buat Rawat Cucu
Rambutnya telah memutih meski tubuhnya tegap berjalan. Di pangkuannya dua balita saling asik bermain, satu anak lainnya berdiri mengekor di belakangnya.
Berkebaya kuning, ia langsung menghampiri Menteri Sosial Tri Rismaharini di Aula Fakultas Teknik Universitas Cendrawasih, Papua. Satu anak masih di pangkuan karena enggan lepas darinya.
“Bu Menteri (Risma), saya warga Papua asli, cucu saya ada lima, anak saya sudah meninggal semua, saya hanya minta satu saja rumah untuk saya besarkan cucu-cucu saya,” kata nenek yang akrab disapa Nenek Beti tersebut, Jumat (12/11).
Nama aslinya Beatrix Numberi, seorang nenek berusia 63 tahun di Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua. Sebelumnya ia mengaku hidupnya berjalan dengan baik, tak kekurangan makan-minum di bumi cendrawasih, meski masih sedikit kelimpungan jika harus beli listrik dan pulsa.
Kisahnya dimulai pada Juli 2021 lalu, tepatnya, ketika sang anak harus terbaring di rumah sakit karena positif Covid-19. Sang istri, menantu dari Beti, merawatnya selama beberapa hari sebelum akhirnya ikut positif Covid-19 dan harus terbaring di rumah sakit.
Beti mengisahkan, kala itu banyak tetangga sekitarnya yang juga terkena Covid-19. Kasus positif Covid-19 secara nasional memang cukup tinggi pada kurun waktu Juli-Agustus, puncaknya pada 15 Juli sebanyak 56.757 kasus dalam sehari.
Setiap hari, kata Beti, ia selalu melihat ambulans lewat saat berjalan di jalan utama, entah untuk membawa pasien Covid-19 atau tujuan lainnya.
“Suara ambulans itu, tahu kan, kalau dengar suara itu saya ingat anak dan menantu saya yang meninggal,” ucap Beti.
Dia juga bercerita kepada Indonesia.com, bahwa ia sudah keliling Kota Jayapura bersama para tetangganya untuk mencari oksigen buat anak-menantunya. Sang cucu, ia titipkan pada tetangga dekat.
“Saya sudah cari yang namanya oksigen waktu itu, sudah keliling Kota Jayapura, tidak ada satu pun yang jual. Lalu Tuhan panggil anak saya sudah,” kenang Beti.
Pada Agustus itu, ketika Beti mendapat kabar bahwa anak serta menantunya meninggal dunia, dia langsung meninggalkan rumah keluarga besarnya untuk mengambil lima cucunya yang ada di rumah.
Jarak rumah keluarga besar Beti dan kontrakan anaknya sebenarnya cukup dekat hanya kurang lebih 30 kilometer. Namun, tak seperti Jakarta, butuh waktu lebih lama untuk menempuhnya dengan taksi. Pun jangan salah kira taksi seperti yang ada di ibu kota, taksi yang dimaksud adalah mobil carry pick up tahun 2000.
Ketika sang cucu dibawa ke rumah besar, bukan dekapan hangat yang menyambut. Beti merasa kehadiran cucunya tak mendapat sambutan baik dari keluarga besarnya.
Maklum, rumah tersebut sudah dihuni oleh tiga keluarga besar belum termasuk Beti seorang. Beti sendiri adalah janda yang ikut tinggal di rumah keluarga.
“Saya ini janda miskin, saya cuman ada tanah. Tanah saja, tapi saya tidak punya uang untuk bikin rumah,” ucap dia.
Dua cucunya yang paling besar berusia 13 tahun dan 11 tahun. Keduanya langsung diambil oleh Dinas Sosial Kota Jayapura untuk disekolahkan di asrama.
“Karena menantu saya Islam, kemudian anak-anak ikut Islam. Saya tidak permasalahkan kepercayaan mereka, yang penting mereka bisa sehat dan sekolah tinggi-tinggi,” ucap Beti.
Sehari-hari Beti sering dimintai bantuan oleh para tetangga untuk membersihkan rumah. Dari membantu itulah Beti bisa mendapatkan uang sedikitnya Rp50 ribu-Rp100 ribu sehari.
“Kalau tidak ada yang minta bantu ya sudah tidak ada pemasukan,” kata dia.
Dia juga berharap lima cucunya bisa sekolah setidaknya hingga sarjana, sama seperti sang ayah. Beti mengatakan, anak laki-lakinya yang telah berpulang tersebut ia susah payah sekolahkan di Universitas Cenderawasih Papua.
“Anakku S1 lulusan Uncen ini, saya juga mau cucu-cucu saya bisa sekolah tinggi-tinggi di Papua ini,” ucap Beti.
Respons Risma
Mendengar permintaan Nenek Beti, Risma mengatakan akan melakukan pendataan.
Dua cucu Beti sebelumnya terdaftar sebagai penerima bantuan sosial (bansos) anak yatim piatu sebesar Rp300 ribu seorang.
Namun, bantuan tersebut baru diberikan pada dua orang. Pasalnya, tiga cucu Beti yang lainnya belum terdaftar sebagai penerima bansos anak yatim piatu.
“Segera didata ya, coba dengar dulu ceritanya nanti oleh tim kami diteruskan,” kata Risma.
(mln/sfr)