Kisah Perjuangan Biksu Thudong 4 Bulan Jalan Kaki Thailand-Borobudur
Jakarta, Indonesia —
Sebanyak 36 biksu Thudong sudah empat bulan lamanya berjalan kaki dari Thailand menuju ke Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Para biksu tersebut melakukan perjalanan spiritual dengan melintasi sejumlah negara. Saat melakoni perjalanan sarat makna ini, perjuangan fisik dihadapi para biksu Thudong.
Dari kisah perjalanan para biksu, ada yang mesti merasakan kuku jari yang copot ketika berjalan kaki hingga menjahit lukanya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Umum Thudong 2025 Committee, Welly Widadi menyebut selama berjalan kaki ribuan kilometer dari Thailand ke Candi Borobudur, Magelang, para biksu menghadapi kerasnya cuaca, cedera tubuh, dan keterbatasan medis tanpa sedikit pun mengeluh.
Para biksu Thudong juga menderita luka-luka ringan sampai orang, tapi tak menyurutkan semangat mereka untuk merampungkan perjalanan ke Candi Borobudur.
Sepanjang perjalanan, kuku yang lepas sudah banyak sekali. (Luka) Kaki pun ada yang sampai dijahit sendiri pakai jarum dan benang sendiri, kalau sudah tidak menemui medis,” ujar Welly seperti dilansir Detik.
Rombongan biksu Thudong juga sempat singgah di Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang pada Rabu (7/5).
“Biasanya kalau di sepanjang Thailand, Malaysia, mereka ini hanya melewati seperti hutan, perkebunan, jarang ada medis, sehingga mereka melakukan (jahit luka) sendiri,” ungkapnya.
Kendati demikian, kondisi itu tidak menjadi kendala berarti bagi para biksu. Welly menuturkan, biksu terbiasa menghadapi situasi ekstrem sebagai bagian dari latihan batin dan fisik dalam tradisi thudong.
“Biksu ini sebagian besar sudah dua-tiga kali ikut thudong di Indonesia. Kalau di Thailand, Nepal, India, sudah sering mengikuti thudong,” ujarnya.
Dia mengatakan perjalanan di Indonesia justru terasa lebih menyenangkan bagi para biksu. Selain cuaca yang relatif bersahabat, sambutan masyarakat yang hangat dan antusias di sepanjang jalan membuat kelelahan terasa terbayar.
“Semua punya karakter masing-masing. Kalau panas semua juga ada karakternya sendiri. Kalau di Indonesia relatif lebih nyaman buat mereka berjalan,” katanya.
“Dari awal sampai Indonesia ini sudah kurang lebih berjalan 4 bulan. Di Indonesia tidak ada kendala, yang pasti panas dan hujan. Tetapi para bante sepanjang perjalanan happy (senang) sekali, bahagia melihat sambutan masyarakat,” imbuhnya.
Welly menambahkan pengamanan ketat sepanjang rute, mulai dari Jakarta hingga Borobudur, oleh TNI, Polri, serta Laskar Macan Ali juga disebut menjadi penopang penting dalam memastikan keselamatan rombongan biksu Thudong.
Rencananya perjalanan ini masih berlanjut dan baru berakhir pada 10 Mei 2025 di Candi Borobudur. Setelah singgah di Ungaran, Ambarawa, dan Magelang Kota, para biksu bakal langsung mengikuti prosesi Waisak di Candi Borobudur.
“Kami akan finis di Candi Borobudur tanggal 10 Mei. Jadi kami dari Magelang Kota, melanjutkan perjalanan sampai Candi Borobudur, kami langsung naik stupa,” ucap Welly.
(wiw)