KNKT Targetkan Investigasi Kecelakaan SJ182 Rampung Pertengahan 2022
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menargetkan investigasi terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air nomor SJ 182 udara Boeing 737-500 yang menewaskan 56 orang pada Januari 2021 silam bisa rampung pada pertengahan 2022 mendatang.
Kecelakaan itu terjadi pada 9 Januari lalu di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Saat itu, diketahui pesawat komersial Sriwijaya Air nomor SJ182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Pesawat itu hilang kontak pada pukul 14.40 WIB, kemudian diketahui jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
“Diharapkan investigasi dapat diselesaikan pada pertengahan tahun 2022,” dikutip dari laporan Capaian Investigasi Kecelakaan Penerbangan Tahun 2021.
KNKT menyebut investigasi tersebut melibatkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (National Transportation Safety Board) dari Amerika, Transport Safety Investigation Bureau dari Singapura dan dan AAIB dari Inggris.
Laporan awal investigasi dipublikasikan pada 10 Februari lalu. Dalam laporan itu termuat juga rekomendasi keselamatan yang ditujukan ke Direktorat Jenderal Pehubungan Udara.
Investigasi terus dilakukan. KNKT melakukan serangkaian pemeriksaan dan simulasi penerbangan saat kecelakaan.
“7 Desember 2021, dilakukan simulasi penerbangan yang mengalami kecelakaan menggunakan simulator di NAM Training Center, di Tangerang,” demikian laporan KNKT.
Perkembangan terbaru, pada 9 Desember, dilakukan pengujian Autothrottle Servo di fasilitas Ontic, Amerika.
Terkait itu, KNKT menyebut, Boeing telah mengeluarkan Advisory Directive kepada seluruh operator Boeing 737 terkait pemeriksaan Autothrottle System dan Flight Operation Technical Bulleting (FOTB) terkait UPRT.
Sebelumnya, KNKT melaporkan, tren kecelakaan penerbangan sepanjang 2021 mengalami tren kenaikan dari tahun sebelumnya.
KNKT mencatat tren kecelakaan tahun ini mencapai 24.1 per satu juta penerbangan. Sementara pada 2020, tren kecelakaan mencapai 19.41 per satu juta penerbangan. KNKT menyebut tren tersebut diolah dari data keberangkatan 51 bandar udara.
(yla/kid)